HUJAN MENJELANG PAGI
hujan mengucur deras dari langit kelabu sejak tengah malam
tidur makin tak nyaman
di tengah hujan lebat
yang turun tanpa
peduli jadwal bmkg
hujan adalah berkat
bagi para petani
di era agraris
tatkala sawah ladang
membutuhkan air
berkecukupan
tatkala pohon padi
yang ditanam para petani cianjur mesti
menghasilkan
bulir bernas harum mewangi
di era digital
tatkala beras untuk rakyat tersedia di gudang bulog
atau kran impor negeri jiran terbuka lebar
maka hujan tak lagi bermakna signifikan
di zaman milenial
tak ada lagi titik hubung hujan dengan ladang atau panen yang berhasil
di zaman kini
hujan melahirkan kekuatiran
hujan menyimpan
pengalaman traumatik
yang mencemaskan
yang menjadi noktah hitam
dalam lembar kehidupan
banjir, tenda pengungsi, perahu karet, dana bansos, anak kecil terbawa arus
adalah diksi-diksi
yang membuat luka dan pedih
tertoreh dalam kanvas kehidupan
hujan belum juga mereda
fajar pagi tak lama lagi memancar
mengalirkan harapan harapan baru
kita semua umat beragama
yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkn kita sendiri menganyam dan mengenyam kehidupan
Kuasa Transenden itu setia hadir
saat banjir, pandemi, bencana alam, erupsi gunung berapi
Ia hadir ditengah mereka yang terpapar, ditengah isak tangis dan jerit histeris umat
hujan yang terus menetes menjelang pagi
mengingatkan kita
bahwa hidup itu milik Tuhan
Ia meneteskan terus cinta kasihNya
agar hidup manusia berkualitas dan bermakna bagi sesama
bagi dunia ciptaan Allah!.
Jakarta, 18 Mei 2021/3.30
Weinata Sairin