Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kenaikan Yesus ke Surga di Era Pandemi

13 Mei 2021   11:34 Diperbarui: 13 Mei 2021   11:51 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://manado.tribunnews.com/2021/05/11/deretan-ucapan-hari-kenaikan-yesus-kristus-2021-cocok-dibagikan-di-medsos-dan-orang-terdekat

Gereja dan umat Kristen di seluruh dunia pada tanggal 13 Mei 2021 ini memperingati Hari Kenaikan Yesus Kristus ke Surga. Secara khusus, umat Kristen dan Gereja-gereja di Indonesia mensyukurinya karena tahun ini pemerintah menetapkannya sebagai hari libur resmi. Kondisi seperti itu tidak terjadi pada tahun 2003, karena pemerintah memundurkan libur resmi Kenaikan Yesus Kristus 2003 dari 29 Mei 2003 menjadi 30 Mei 2003. 

Hal itu dilakukan dalam rangka memperpanjang hari libur dan untuk memulihkan pariwisata Bali, yang  mengalami kemunduran karena peristiwa bom Bali.Dengan melakukan pemunduran itu sebenarnya pemerintah telah mengintervensi kehidupan beragama. Pemunduran itu terjadi sebagai hasil keputusan Rakor Kesra 5 November 2003 di Jakarta, yang menyatakan bahwa hari-hari besar keagamaan terdiri dari yang ritual dan seremonial. Yang ritual tidak boleh dimajukan atau diundurkan, tetapi yang seremonial/peringatan bisa diubah.

Hari-hari keagamaan yang ritual menurut Menteri Agama saat itu adalah Idul Adha, Nyepi, Waisak, Idul Fitri, dan Hari Natal. Termasuk yang seremonial adalah Hari Raya Imlek, Tahun Baru Hijriah, Wafat Yesus Kristus, Maulid Nabi Muhammad SAW, Kenaikan Yesus Kristus, dan Isra Miraj. Menjadi pertanyaan: Siapa yang memberi mandat pemerintah menetapkan suatu hari raya keagamaan itu bersifat ritual atau seremonial?

Pada saat itu Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) beberapa kali mengirim surat kepada Menko Kesra dan beberapa menteri terkait, meminta agar hari raya keagamaan Kristen/Katolik tidak dimajukan/dimundurkan, namun tidak direspons. Masalah teknis yang dihadapi oleh warga Gereja pada saat itu karena mereka tidak bisa melakukan kebaktian Hari Kenaikan Yesus di Gereja masing-masing, kecuali pada jam kebaktian sore/malam hari.

Peringatan ini memiliki makna teologis yang amat dalam, apalagi dengan merujuk kata-kata Yesus dalam Injil bahwa kenaikan-Nya ke Surga menyediakan tempat bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kepergian Yesus ke rumah Bapa di Surga bukanlah peristiwa yang datang tiba-tiba. Sebab jika Yesus tiba-tiba saja pergi tanpa pemberitahuan akan bisa muncul multi interpretasi. Maklum, tokoh sekaliber Yesus selalu menjadi sorotan publik. Tindakan-Nya, ucapan-Nya, dan jadwal kegiatan-Nya selalu dianalisis dengan cermat, baik oleh kawan maupun oleh orang-orang yang tidak senang kepada-Nya.

Yesus sadar betul bahwa murid-murid perlu diberitahu seluruh skenario besar tentang pelayanan-Nya di tengah-tengah dunia, jauh-jauh hari. Itulah sebabnya sejak awal Yesus memberi tahu mereka bahwa diri-Nya akan mengalami jalan sengsara, akan menghadapi penderitaan, akan disalibkan, tetapi akan bangkit kembali untuk kemudian naik ke Sorga (Mat. 16:21; Yoh. 3:13). Namun murid-murid selalu dalam posisi yang tidak memahami sosok Yesus. Orang seperti Petrus misalnya, tak suka mendengar jika Yesus -- tokoh idolanya itu -- menyatakan akan menderita dan dibunuh. Hal itu tidak sesuai dengan gambaran ideal tentang Yesus yang ia miliki, sebab itu ia menegur Yesus agar cerita sendu seperti itu jangan dijadikan wacana (Mrk. 8:31-32).

Pesan Alkitab

Dalam realitas seperti itulah mengapa kepergian Yesus ke rumah Bapa seakan merupakan sesuatu yang surprising bagi murid-murid, peristiwa yang mengagetkan. Murid-murid terperangah dan menatap langit menyaksikan Yesus terangkat, sementara awan menutupi-Nya dari pandangan. Kepergian Yesus ke rumah Bapa yang diperingati oleh gereja-gereja, menampilkan beberapa pesan yang amat mendasar.

Peristiwa kenaikan Yesus tak bisa diartikan lain kecuali pemuliaan terhadap Yesus Kristus. Yesus yang lahir dengan hina di kandang domba, yang seluruh sejarah kehidupan-Nya diwarnai oleh penderitaan yang amat dalam. Ia dihujat dan dilecehkan oleh penguasa pada saat-saat proses peradilan, bahkan mati di kayu salib. Namun pada hari kenaikan Ia dimuliakan. Ia ditinggikan, Ia memiliki kuasa, dan Ia mempunyai power. Alkitab mengatakan bahwa Ia ada di sebelah kanan Allah sesudah segala malaikat, kuasa, dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya (1 Ptr. 3:22). Allah sangat meninggikan Dia (Flp. 2:9); Ia adalah Tuhan atas segala sesuatu (Ef. 1:22). Kemuliaan dan kuasa benar-benar ada pada Yesus Kristus, kenaikan-Nya ke Surga menyungguhkan hal itu.

Gereja dan umat Kristen harus bersyukur oleh pesan-pesan Alkitab seperti ini. Yesus yang menjadi Tuhan dan Kepala Gereja adalah Yesus Kristus yang memiliki kemuliaan dan kuasa. Penderitaan, rasa terpuruk, posisi marginal, dan minoritas, situasi diskriminasi yang selama ini seolah menjadi stigma dari kekristenan, dalam perspektif kenaikan Yesus merupakan sesuatu yang tidak boleh terjadi. Gereja dan umat Kristen memiliki kekuatan baru yang menjadikan kekristenan sebuah komunitas yang bermakna dan diperhitungkan. Kenaikan Yesus ke Surga menempatkan Gereja dan umat Kristen pada posisi zaman baru, yaitu zaman penantian kedatangan Yesus kedua kali, yang akan datang sebagai hakim yang adil. Dalam kurun waktu antara kenaikan dan kedatangan kedua kali itulah Gereja hidup dan mengukir karya di bumi. Di tengah perubahan politik, ekonomi, budaya, dan hubungan antarmanusia, Gereja harus mampu menjadiGereja yang berkarya bagi kemanusiaan bukan Gereja yang diam, bisu, apolitis dan ahistoris.

Bukan Fiksi

Kenaikan Yesus ke Surga bukan sebuah ilusi atau cerita fiktif dari dunia kekristenan. Peristiwa itu real dan konkrit. Yesus berkata: "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke Sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari Sorga, yaitu Anak Manusia" (Yoh. 3:13). Yesus naik ke Sorga hanya karena Ia memang berasal dari Sorga. Bahkan Yesus bertanya kepada para murid: "Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?"(Yoh. 6:62).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun