Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Jam Bersama Jenderal Daryatmo

11 Mei 2021   17:30 Diperbarui: 11 Mei 2021   18:17 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Ineke daryatmo via wikipedia.org/wiki/Daryatmo

Ceramah Jenderal Daryatmo mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta sidang. Bukan saja karena isi ceramah yang sangat aktual dan penting, tapi dari segi peserta yang sehari-hari lebih banyak bergumul dengan masalah-masalah teologis, ceramah itu tentu saja sangat menarik. Tidak kurang dari 35 pertanyaan tertulis yang masuk, ketika kesempatan mengajukan pertanyaan diberikan. Sesuai saran penceramah, pertanyaan harus tertulis dan tak usah mencantumkan nama.

Saya mengunakan waktu luang bercakap dengan Jenderal Daryatmo, ketika peserta menuliskan pertanyaan mereka. Ia bertanya kepada saya tentang jumlah peserta yang hadir dan dari mana saja asal mereka. Saya bertanya tentang bagaimana respons masyarakat dalam rangka penyusunan naskah GBHN 1983?  Setelah semua pertanyaan dikumpulkan, sidang diskors selama lima menit. Kesempatan bagi beliau untuk menyeleksi dan mempersiapkan jawaban.

Jenderal Daryatmo sangat teliti membaca setiap pertanyaan. Tidak ada pertanyaan yang dilewatkan. Semua dijawab. Pertanyaan meliputi berbagai hal. Beberapa di antaranya di luar kewenangan beliau. Ada soal UUD 1945, Surat Edarah Menag  70 dan 77, pendirian rumah ibadah, referendum,  pembangunan, pemilu. 

Pendeknya seluruh masalah yang sempat dialami oleh Gereja-gereja dan yang sempat diungkap oleh pers. Ketika menyeleksi pertanyaan-pertanyaan, ada satu pertanyaan: Jika partai x menang dalam Pemilu 1982, apakah Pancasila masih tetap dipertahankan? (dalam naskah pertanyaan, nama partai disebut jelas). Beliau berbisik kepada saya:

"Wah, ini sudah prikik, nih!"
Tapi pertanyaan itu dijawab juga oleh beliau dengan mengajak agar seluruh bangsa memiliki tekad yang sama untuk mempertahankan Pancasila, karena Pancasila telah sanggup menjadi alat pemersatu dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Waktu sudah menunjuk pukul 18.00. Seluruh pertanyaan sudah dijawab oleh beliau. Acara segera diakhiri. Peserta tampak puas, karena pertanyaan mereka dijawab dengan jelas tanpa harus bersusah payah menembus dinding-dinding protokoler (yang ketat) di Senayan. Saya pun menutup acara dengan mengucapkan terima kasih kepada Jenderal Daryatmo. Mengucapkan selamat jalan dan menyatakan bahwa seluruh peserta sidang mendukung perjalanan bahkan pekerjaan Jenderal Daryatmo dengan doa.

Seluruh peserta berdiri. Kami bersalaman dengan Jenderal Daryatmo, sambil mengucapkan terima kasih dan selamat jalan. Hujan telah berangsur reda. Senja mulai memudar. Malam turun perlahan-lahan. Tangan saya tak gemetar lagi saat memberi salam perpisahan.

Malam itu sebelum terlelap dalam mimpi yang ceria, saya beryukur kepada Tuhan, bahwa Dia telah memimpin saya dalam menyelesaikan sebuah acara penting. Dalam ketidaksiapan dan ketidakmampuan saya, saya sangat berbahagia bahwa dalam hidup saya, sebagai rakyat biasa yang sipil, saya berkesempatan duduk berdampingan bahkan bercakap-cakap dengan Jenderal Daryatmo, seorang tokoh penting dalam republik ini.

Kesan yang dalam itu, begitu mahal untuk dikenang, dan teramat sayang untuk tidak dituang dalam sebuah tulisan.

Hari ini 40 tahun sesudah peristiwa itu terjadi saya kembali terbayang sosok Dr SAE Nababan Sekum DGI saat itu yang memotivasi saya dengan arahan cerdas bernas sehingga saya memiliki self confidence yang tinggi memimpin persidangan BPL DGI dengan nara sumber utama Jendral Daryatmo.

Pak Nababan, sosok dan figurmu yang cerdas dan energik telah menjadi bagian dari kedirianku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun