Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Jam Bersama Jenderal Daryatmo

11 Mei 2021   17:30 Diperbarui: 11 Mei 2021   18:17 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Ineke daryatmo via wikipedia.org/wiki/Daryatmo

Sambil berjalan menuju Wisma Oikoumene, saya mencoba menyadap bagaimana pandangan rekan-rekan Majelis Ketua yang lain. Ada yang merasa tidak siap untuk memimpin sore itu, ada yang menunggu saja bagaimana kesiapan saya: Artinya jika ternyata saya lelah dan tidak bisa memimpin sore itu, ia bersedia menggantikan saya. Saat itu juga kami mengambil keputusan, bahwa sore itu dalam acara presentasi Jenderal Daryatmo, saya akan memimpin sidang.

Saya bertekad untuk memanfaatkan kesempatan emas itu dengan sebaik-baiknya, akan saya kerahkan seluruh tenaga dan kemampuan saya agar acara sore itu dapat berjalan baik.

Petuah-Petuah Ketua Umum DGI

Siang itu juga sambil bersantap siang di Wisma Oikoumena, saya lapor kepada Sekum DGI bahwa Majelis Ketua telah sepakat bahwa pimpinan sidang sore nanti adalah saya sendiri.  Sekum DGI kemudian mengajak saya menemui Ketua Umum dan membicarakan persiapan-persiapan untuk sidang nanti sore.  Tidak banyak makanan yang bisa saya habiskan pada siang hari itu. 

Pikiran saya sudah dikuras oleh acara Jenderal Daryatmo, sebab itu dengan tekun saya mendengarkan nasihat-nasihat yang diberikan oleh Dr. P.D. Latuihamalo. Beliau memberi berbagai petunjuk yang sangat jelas dan terperinci tentang apa-apa yang harus saya ucapkan pada awal persidangan sore nanti.  Saya mendengarkan penuh perhatian, persis seperti saya mendengarkan kuliah ketika di Jalan Proklamasi 27, sekitar delapan tahun silam.

Sesudah saya merasa puas dan mendapat kejelasan dari (eks) dosen saya itu, saya pun secepatnya pulang ke penginapan di Wisma Kencana. Petuah-petuah itu, benar-benar seolah-olah membangkitkan keberanian dalam diri saya: Bahwa  saya merasa mampu dan tak perlu begitu takut menghadapi seorang jenderal dari Jakarta yang notabene, adalah pimpinan dari suatu lembaga negara tertinggi!

Siang itu di Wisma Kencana tempat kami menginap, saya tak bisa istirahat dengan tenang, sebagaimana biasanya, apalagi untuk mencoba memejamkan mata: Sulit sama sekali. 

Degupan jantung saya kadang-kadang terasa cepat dan keras, hanya karena acara sore itu, telah makin mendekat. Saya lakukan berbagai persiapan yang menurut pemahaman saya akan banyak membantu saya dalam mengantarkan acara sore itu: Saya baca naskah tentang sumbangan pikiran DGI bagi GBHN 1983, saya baca beberapa naskah tentang penataran P4 yang pernah saya ikuti dua tahun lalu. 

Tak perlu saya jelaskan lagi, bahwa saya pun memerlukan doa khusus dalam rangka tugas saya sore itu, memohon agar Tuhan memampukan saya bahkan mengerem kegugupan saya berhadapan dengan pimpinan lembaga-negara  tertinggi  dalam sebuah forum yang sangat formal! Saya juga berusaha menuliskan pokok-pokok penting yang akan saya ucapkan sore itu.

Pada pukul 15.00 ketika sedang deras-derasnya hujan membasahi Sukabumi, bersama beberapa teman, bergegas saya menuju gedung GKP Sukabumi, dengan kendaraan panitia.  

Safari Biru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun