Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serpih-serpih Terpilih Memori Seputar Dr SAE Nababan, Guruku Terkasih

10 Mei 2021   10:48 Diperbarui: 10 Mei 2021   11:12 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Pdt Dr.SAE Nababan memasuki memoriku sejak waktu yang cukup lama oleh karena ia acap menguraikan berbagai pemikirannya dalam bahasa Indonesia yang standar.

Ketika saya studi teologi di STT Jakarta 1968-1973 pak Nababan telah melayani sebagai Sekum DGI ( 1967-1984) yang kemudian dilanjutkan sebagai Ketua Umum PGI 1984-1987.

Di tengah duka yang melilit tubuh rentaku karena Tuhan memanggilnya 8 Mei 2021 pk 16.18 di RS Medistra Jakarta, dalam keterbatasan daya ingat  saya ingin membagikan beberapa memori terpilih dari sosok Dr SAE Nababan.

Pertama. Notulen dan Keputusan Sidang Gerejawi/Ketentuan PGI.

Beliau adalah seorang yang selalu taat dan konsisten melaksakan keputusan sidang gerejawi : MPH,MPL,SR. Di suatu persidangan MPH atau MPL ketika terjadi diskusi panjang tentang suatu pokok, ia selalu memberikan pencerahan mis "kita takbisa memutuskan seperti itu karena notulen kita begini bunyinya", atauTD TRT PGI Pasal sekian ayat sekian begini bunyinya.."

Realitas itu saya alami tatkala menjadi anggota MPL PGI mewakili GKP 1980-1986.

Tatkala saya menjadi Wasekum PGI 1989-1994;1994-2000,2004-2009 malah ia sering berkata kepada saya:" coba cari di notulen mana hal itu diputuskan" atau "di TD TRT PGI Pasal berapa hal itu disebut"

Kedua. Kritis dan cermat dalam berbahasa.

Beliau amat cermat dalam menggunakan bahasa Indonesia.

Konsep Tri Kerukunan yang digagas Menag dr Tarmizi Taher th 1978 misalnya diberikan catatan kritis khususnya butir ke-3 yaitu Kerukunan Antr Agama dan Pemerintah.

Ia tidak setuju dengan rumusan itu karena bisa muncul tafsir seolah ada konflik antra Umat Beragama dengan Pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun