Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Uang Jajan Udin

11 Maret 2021   15:10 Diperbarui: 11 Maret 2021   15:36 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://mommiesdaily.com/

Uang Jajan Udin

di pagi buta
Udin bersiap diri
menuju ke sekolah
ia harus menembus hutan jati duapuluh kilometer
untuk mencapai
sekolah
segelas airputih hangat dihirupnya
takada sarapan
takada uang jajan

status kelas lima sekolah dasar
menjadi kebanggaannya
takpeduli hujan menbanjiri jalan setapak
atau panas terik
membakar daun-daun jati
kering terhampar
Udin tak pernah bolos sekolah

hidup miskin melarat
yang mendera orangtua
menjadi daya penguat
untuk terus belajar
kedua orangtua Udin adalah buruh tani
yang nafas dan dapurnya tergantung
belas kasihan
pak Sakim pemilik tanah

Udin punya semangat
Udin punya visi masadepan
ia mesti menjadi
anak soleh, pandai
hormat pada orangtua

hari itu pak guru
mengobarkan semangatnya
di ruang kelas
berdinding bambu:
"anak-anak, kalian harus menjadi anak pandai,jujur, tidak tamak,  soleh dan mencintai bangsa dan negara. Bapak tahu kalian datang ke sekolah dengan pengorbanan besar. Kalian tidak sarapan,kalian tidak punya uang jajan. Tapi kalian dan orangtua kalian adalah orang jujur,bersih, beriman kuat. Kalian tidak boleh menikmati uang jajan berpuluh juta setiap bulan, apalagi uang itu hasil korupsi. Korupsi adalah dosa besar dan kejahatan luar biasa, korupsi membunuh banyak orang miskin negeri ini!"

hari itu Udin pulang dari sekolah dengan wajah ceria
nasihat pak guru
terasa amat mengena
ada juga tanya menggumpal dalam nurani :"
begitu merosotkah akhlak orang kota
memberi uang jajan berjuta-juta kepada anaknya dari hasil korupsi?"

Udin tiba dirumah
ayah ibunya tengah duduk dibalai-balai
dengan wajah murung
lalu ayahnya berkata:" hari ini kita takbisa makan, pak Sakim tadi di jemput kpk ke Jakarta!"

Udin,ayah dan ibunya menatap nanar ke hutan jati
daun-daunnya yang kering jatuh kebumi
terserak
tanpa bentuk...

Jakarta,11 Maret 2021/3.00
Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun