Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengulangi Kesalahan Itu Naif dan Naif

25 November 2020   07:40 Diperbarui: 25 November 2020   07:46 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://gastrad.co.id/

”A mistake doesn’t become a mistake until yourefuse to correct it.”(O.A. Batista) 

Dalam menjalani kehidupan yang mahaluas, besar, dan rumit, manusia tak pernah lepas dari kesalahan. Kesalahan itu terjadi bisa karena banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Bahkan, tanpa sengaja atau tanpa disadari kesalahan itu bisa saja terjadi.

”Kesalahan” adalah sesuatu yang biasa terjadi dalam bidang apa pun dan di mana pun, terutama sekali pada tahap-tahap awal. Itulah sebabnya dalam dunia kerja kita mengenal ”masa magang”, atau ”masa percobaan”.

Pada masa-masa itu para calon pegawai dilengkapi berbagai ilmu baik teori maupun praktik, dan pada masa-masa itu juga kesalahan yang sempat terjadi bisa diperbaiki. Pembimbingan secara efektif dilakukan pada masa-masa magang dan/atau masa persiapan.

Istilah ”kesalahan” adalah istilah umum, biasa, dan sekuler. Ada istilah yang lebih dalam dari ”kesalahan”, yaitu istilah ”dosa”, yang biasanya digunakan dalam konteks agama.

Setiap orang, dalam kapasitas apa pun, entah memiliki kompetensi apa pun, tak pernah lepas dari kesalahan. Kesalahan itu bisa kecil dan ringan,
misalnya salah menyebut nama dan gelar seseorang pada saat berpidato di depan publik, atau salah mengetik nama dan jabatan seseorang tatkala membuat Surat Keputusan. 

Namun, ada juga kesalahan yang cukup besar, misalnya menurunkan jabatan seseorang (demosi) berdasarkan informasi yang salah. Biasanya kesalahan yang dianggap besar dan merugikan publik berujung pada proses hukum. Hal ini membuktikan makin tingginya kesadaran hukum warga masyarakat yang patut diapresiasi.

Kita bersyukur bahwa masyarakat kita memiliki tradisi kuat yang berbasis keagamaan, yaitu tradisi saling memaafkan. Setiap seseorang melakukan kesalahan baik kepada pribadi, komunitas, maupun institusi, ia langsung memohon maaf. Dengan tradisi seperti itu, relasi yang diwarnai dendam, atau dendam kesumat, tidak pernah mewujud atau mendapat ruang.

Pada hari raya keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri ucapan mohon maaf lahir batin dinyatakan sebagai bagian dari kegembiraan hari raya. Di lingkup umat kristiani, peringatan dan ibadah akhir tahun, perayaan Tahun Baru acap digunakan juga untuk saling memohon maaf di antara anggota keluarga dan umat. Walaupun kita tidak menafikan juga bahwa setiap kali melakukan kesalahan, seseorang bisa langsung memohon maaf.

Sebagai umat beragama kita telah memahami benar bagaimana agama kita telah mengajarkan agar kita hidup dengan saling memaafkan, saling mengampuni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun