Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis yang Cerdas Bernas bagi NKRI yang Majemuk

22 November 2020   20:10 Diperbarui: 22 November 2020   20:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustras: ruangfreelance.com

"Hominem pagina nostra sapit. Tulisan kita memiliki rasa kemanusiaan kita."

Kita bersyukur karena kita diberi kemampuan untuk menulis oleh Tuhan Yang Maha Esa. Menulis dalam arti biasa sudah kita mulai sejak kecil: membaca, menulis, dan berhitung (calistung) yang diajari oleh guru kita dan oleh orangtua kita di rumah. Namun, menulis juga memiliki arti 'mengarang', menyusun esai atau artikel yang berisi gagasan dan/atau pemikiran kita tentang suatu isu tertentu.

Menulis dalam arti ini adalah bakat/talenta yang tumbuh pada diri seseorang yang kemudian mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu melalui pelatihan/workshop dan tentu latihan mandiri yang dilakukannya.

Menulis dalam makna pertama ternyata juga tidak terlalu mudah.

Waktu sekolah di SD, pada tahap awal kita diperkenalkan dengan huruf, lalu kita menghafal abjad dalam lingkup bahasa Indonesia. Baru kemudian kita belajar membaca dan menulis. (Sekarang sejak TK pun sudah diajari membaca dan menulis.) Pada saat itu, dalam pelajaran Menulis, kita diajarkan bagaimana menulis dengan huruf yang bagus dan rapi.

Tatkala ulangan Bahasa Indonesia, khususnya Mengarang, penilaian berfokus pada aspek "isi" tulisan itu. Bagi yang menganggap soal tulisan dan kebahasaan itu mudah dan remeh, tentu tak ada masalah.

Sesudah melewati jenjang SD, tentu saja pelajaran Menulis tidak lagi dialami. Di jenjang selanjutnya sampai dengan SMA, pada pelajaran Bahasa Indonesia, aktivitas Mengarang harus kita lakukan. Pada saat itu kita menuangkan imajinasi dan gagasan kita dalam bentuk tulisan untuk kemudian diperiksa dan diberi nilai oleh guru.

Patut dicatat bahwa untuk menguji ketepatan kita dalam menulis, kemampuan "mendengar" juga menjadi sangat penting. Pada saat saya sekolah di Sekolah Rakyat (SR; setingkat SD sekarang) ada kegiatan tulis-menulis yang bahannya didiktekan oleh guru. Bapak atau ibu guru membacakan secara perlahan dokumen tertulis dengan aksentuasi dan intonasi sesuai dengan tanda baca, kemudian peserta didik harus mendengarkan dan menuliskan dengan cermat bahan yang didiktekan itu. Biasanya bahan itu sudah tersedia dalam buku Bahasa Indonesia.

Bapak/Ibu guru biasanya memeriksa apakah hal-hal yang didiktekan tadi telah ditulis dengan tepat oleh kita. Ketepatan menulis dan kecermatan mendengar akan bisa dipantau dengan lebih baik oleh para guru. Akan sangat berbahaya jika ada perbedaan antara apa yang kita dengar dan apa yang kita tulis.

Pada masa kini, terutama kita yang sudah melewati masa-masa SMA, berbicara tentang "menulis" berarti berbicara tentang aktivitas seseorang yang memiliki gagagan cerdas, bernas, dan orisinal, yang menuangkannya dalam bentuk tulisan/artikel untuk kemudian dimuat dalam media massa dan/atau media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun