Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Copa America dan Sepakbola Indonesia

2 Juli 2016   21:02 Diperbarui: 2 Juli 2016   21:16 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gelaran Copa America Centenario 2016 sudah usai akhir pekan lalu (27/6) pagi waktu Indonesia, yang berarti berakhir sudah tontonan berkelas ala Amerika Latin yang gratis kita saksikan di Kompas TV. Chile kembali memperlihatkan kapasitasnya usai mengalahkan Argentina (4-2) lewat drama adu pinalti distadion Metlife, Houston. Lalu apa yang bisa diambil dari gelaran yang dilangsungkan untuk memperingati seabad Copa America terhadap sepakbola Indonesia ?

Paling sederhana mungkin adalah kemeriahan dan keseruan Copa America Centenario bisa disaksikan oleh publik sepakbola Indonesia. Aksi Messi, Higuain, Vidal, Sanchez, Bravo hingga Dempsey sejenak mampu menyihir perhatian publik sepakbola negeri ini untuk sekedar ikut meramaikan dengan menebak hasil pertandingan, ajang lek-lekan dengan rekan kerja soal dukungan kepada tim yang dipilih hingga tentunya menjadi ajang khusus di Kompasiana.

Efek terbesar apa untuk sepakbola Indonesia ?Jawabnya mungkin tidak signifikan terhadap perkembangan sepakbola khususnya dari sisi teknis. Kita baru sebatas menikmati skill tinggi sepakbola tinggi dilayar kaca sedangkan pemain Amerika Latin yang datang dan main ke Indonesia bisa jadi bukan berasal dari klub utama yang memang selalu merajai kompetisi disana macam Boca Junior, River Plate, Sao Paolo hingga Corinthians.

Itulah mungkin ‘gap’ yang terlihat jika berbicara impor pemain asing asal Amerika Latin ke kompetisi sepakbola Indonesia. karena bagaimanapun sisi yang bisa diambil dari Copa America adalah betapa besarnya dominasi Brazil juga Argentina sebagai negara pengekspor pemain keseluruh kompetisi sepakbola dunia. Hanya memang pertanyaannya seberapa besar kualitas yang dimiliki pemain tersebut sehingga mampu berefek terhadap perkembangan kualitas pemain lokal di Indonesia.

Sekedar flashback di Copa America Centenario 2016 Amerika Serikat, dari ASEAN sebenarnya ada dua pemain yang berkiprah bersama negaranya. Jean Eudes Maurice (Saigon FC/ V League) membela Haiti yang sempat dibantai 1-7 Brazil sedangkan satu nama lagi, Ariel Rodriguez (Bangkok Glass/ Thailand) gagal berangkat ke Amerika Serikat karena cidera harmstring yang dideritanya. Sedangkan nama lainnya berasal dari Cina, Iran dan Kuwait.

Bicara dominasi Brazil sebagai negara kuat di Amerika Latin selain Argentina dan Uruguay juga terlihat dari komposisi pemain asing yang bermain ditiga kompetisi ASEAN yakni Thailand Premier League dan Torabika Soccer Championship musim ini. Sebuah persentase yang memperlihatkan betapa sepakbola Amerika Latin memang memiliki tempat tersendiri diantara klub-klub ketiga negara diatas. Dan berikut rangkuman yang penulis coba tampilkan tentang komposisi pemain Amerika Latin di ketiga kompetisi diatas ..

Torabika Soccer Championship 2016 (3 asing + 1 asia) : 20 klub – 21 pemain asal Brazil dari total 56 pemain asing dengan Sriwijaya FC , Mitra Kukar dan Semen Padang tercatat memiliki 3 pemain asing dalam skuat mereka.

Thailand Premier League (4 asing + 1 asia) : 20 klub – 27 pemain asal Brazil dari total 85 pemain asing atau 30 persen, dengan Diogo (Buriram United) memimpin pemain Brazil di Thailand.

Sedikit berbeda justru di V League dimana pemain asal Nigeria menjadi pilihan utama klub-klub peserta V league musim, selain itu VFF (PSSI-nya Vietnam) cukup rajin menaturalisasi pemain asing termasuk dari Nigeria untuk menjadi pemain Vietnam. V league (3 asing + 1 asia) : 14 klub – 1 pemain asing asal Brazil dari total , satu-satunya pemain Brazil adalah Osmar Francisco (HA GA Lai). Nigeria mendominasi pemain asing di V league dengan delapan pemain dari 32 pemain asing.

Mendatangkan pemain berlabel bintang dan berkualitas memang membutuhkan dana transfer yang besar dan tentunya memberatkan keuangan klub Indonesia yang memang belum sepenuhnya siap secara finansial. Sebagai contoh Buriram United mendatangkan eks Timnas Brazil dan striker Olympiakos, Diogo dengan banderol mencapai 10 juta euro atau hampir Rp. 100 milayar tetapi dengan uang sebesar itu Buriram mampu tampil di Liga Champions Asia setiap musimnya.

Akankah Liga Indonesia akan kembali kedatangan pemain benar-benar bintang yang pernah memperkuat Timnas negara Amerika Latin seperti Mario Kempes, yang didatangkan Pelita Jaya Jakarta walau diusia kepala empat? Sebuah pertanyaan yang butuh waktu untuk menjawabnya tetapi setidaknya kualitas pemain bisa memberikan efek positif kepada pemain lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun