Cara membaca 100 kali Al-Fatihah bisa dicicil dengan ketentuan : Subuh (30 kali), Dzuhur ( 25 kali), Ashar (20 kali), Maghrib (15 kali) dan Isya (10 kali). Paling afdhal, Dzikrul Ghafilin dibaca setelah shalat dan dibaca dengan hati yang tenang, serta tulus ikhlas mengharapkan ridho Allah SWT. (kalau ditempat penulis biasanya diakan di Kamis Malam/ sekali sebulan)
Pada dasarnya, Dzikrul Ghafilin menurut KH. Achmad Siddiq adalah wirid biasa, bukan wirid, bukan pula thariqat. Dimana jika Thariqat dengan ba’iat kalau tidak menegakkan pasti dosa. Sedang Dzikrul Ghafilin adalah dengan ijazah. Pengamalannya tidak menimbulkan efek samping, dan isi bacaannya terdiri dari Al-Fatihah, Asmaul Husna, Ayat Kursi, Istighfar, Shalawat dan Tahlil.
Melalui wirid-wirid dalam dzikrul ghafilin yang penulis ikuti di kampung halaman saat pulkam (pas momen acaranya), seakan menjadi stimulun untuk selalu ingat dan dekat dengan Allah SWT, Yang Maha Kuasa.
“Dengan Dizkrul Ghafilin kita diajak untuk selalu ingat akan Allah SWT, sebab LUPA sudah menjadi sifat relatif manusia. Sehingga agar selalu ingat Allah SWT perlu selalu diingatkan dan saat dzikrul ghafilin itulah masayarakat diingatkan,” ujar Kiai Mahfudz, salah seorang Kiai di kampung halaman suatu waktu saat penulis menanyakan maksud dan tujuan Dzikrul Ghafilin.
Setelah sekian lama, kesempatan untuk mengikuti Dzikrul Ghafilin pun terlaksana saat pulang kampung. Dan Dzikrul Ghafilin seakan menjadi satu cara untuk kita sebagai manusia dengan segala keterbatasannya untuk selalu ingat dengan Sang Pencipta, Allah SWT.
Semoga bermanfaat untuk rekan Kompasiana.
Salam Kompasiana,
Wefi