Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Trik Licik Money Changer Abal-abal di Bali!

21 Agustus 2014   06:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:59 5026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - transaksi di money changer (JakartaPost/Nurhayati)

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Ilustrasi - transaksi di money changer (JakartaPost/Nurhayati)"][/caption]

Ketika mudik ke Indonesia, saya dan anak-anak tak lupa menyempatkan diri untuk berlibur ke Pulau Dewata. Yah, hitung-hitung sebelum jadi oshin lagi di Jepang, mau dong inemnya selonjoran dulu di kursi pantai sambil memandang langit biru dan menikmati suara deburan ombak di pantai, duh kalau ada yang tanya, kapan balik ke Jepang? Pengen kayanya langsung jawab, Jepang di mana yah? Hahaha I love Bali banget pokokee!

Bali, keindahan alam yang tiada duanya! Sampe anak-anak saya bilang, “Ma, zutto koko ni irarereba ii naa..” (enak ya kalau terus-terusan di sini), padahal mereka baru pertama kali ke Bali, tapi langsung jatuh cintrong kayanya hehe gimana nggak, main di pool sama nyebur ke laut sudah kaya minum obat aja, sampe badan keling geseng item legam, dan pas bilas mandi keliatan deh jelas di badan gambar baju renang nyeplak plek di atas kulit wkwkwk.

Kami menginap di hotel yang memang persis di depan laut dan gak jauh dari pusat belanja, maksudnya biar kalo mau nyebur ke laut, ya tinggal nyebrang, trus kalo laper ya tinggal mlipir-mlipir ke arah Kuta atau Legian. Hari pertama, anak-anak saya sudah `ijo` matanya lihat pool di hotel yang super bening baru mau aba-aba habis check in mau cari lunch di daerah BeachWalk, si bungsu sudah ganti pakek baju renang, yia ampun akhirnya kita cukup puas deh makan nasi goreng di pinggir kolam sambil ngeliatin si bungsu yang dansa gaya bebek di tengah kolam.

Jadi seharian ngendon di hotel untuk hari pertama, lalu lanjut keesokan harinya, saya janjian ketemu Mba Ifani, sahabat kompasianer yang tinggal di Bali, kesan pertama tak terlupakan, orangnya baik pakek banget! Saya dijemput di hotel lalu lanjut ke rumahnya, ketemu family-nya yang superramah, kasak-kusuk sambil bujuk rayu krucils, akhirnya kita bisa kabur ke Rock Bar dan anak-anak anteng main bareng di rumah Mbak Fani. Ngakak ngikik ngekek gak inget waktu, sampe telpon krang kring dari krucils katanya sudah ngantukk hahaha duh emak-emak lupa anak ini, kalo kata Mbak Fani, sapa ya yang punyaa anak? Wkwkwkwk

Dua hari di Bali berlalu dengan penuh kenangan, hari pertama kenangan main di kolam seharian mandangin bebek eh si bungsu gaya bebek, hari kedua kenangan yang sangat berkesan ketemu Mbak Maia es teh manis atau Mbak Fani yang superbaik dan cantik! Dan hari ketiga kami berencana ingin melanjutkan wisata ke arah Tanjung Benoa, sebenernya saya ngiler untuk bermain banana boat sama parasailing di sana, tapi apa daya hanya cukup menelan ludah karena dua permainan masih terlalu bahaya untuk anak-anak saya yang masih kecil, jadinya deh saya hanya booking untuk naik glass bottom boat sambil menuju ke Pulau Penyu. Syukurnya itu aja bikin anak-anak loncat kegirangan, apalagi selain bisa melihat ikan di dalam laut, mereka bisa juga memberi potongan roti yang langsung disambut caplokan dari ikan-ikan kecil yang ada di tengah laut, habis itu lanjut ke Pulau Penyu, yang bukan saja mamerin penyu-penyu laut yang masih baby atau yang sudah seumuran kakek-kakek saja loh di sana, tapi anak-anak pun bisa megang kalelawar, burung, sampai ulaarr hiyy.

Pulang dari Tanjung Benoa kami pun pulang ke hotel dengan menggunakan taksi, dan ketika memeriksa dompet, waduw isi dompet sudah pada tahap mengkhawatirkan! Buru-buru saya bilang ke pak taksi, kalau di tengah jalan kemungkinan saya mau berhenti dulu untuk menukar uang di money changer.

Dan sampailah saya di daerah Legian, tepatnya di depan sebuah pasar. Ada money changer yang cantumin rate Yen=Rp. 118! Buru-buru saya tepuk pak supir untuk berhenti dan pinggirin mobilnya, gimana gak panik, rate segini tinggi banget saat itu, karena terakhir nukar uang (seminggu yang lalu) masih ada di kisaran 111 dan 112 rupiah untuk 1 yen. Walau ribetnya minta ampun karena terpaksa ngebangunin si bungsu yang tertidur pulas, tapi tetep dijabanin mengingat 118 gitu lohh hehehe.

Sampe di depan plang yang menuliskan seluruh rate mata uang asing itu, saya clingukan karena bingung tempat penukarannya di mana sih, lalu tanya sama penjual baju yang lagi nongkrong di depan tokonya, “Langsung masuk aja ke tokonya, money changer-nya ada di dalam kok, katanya sambil berdiri dan meneriakkan sebuah nama seperti memanggil seseorang di dalam.

Deg-degan juga masuk kedalam tokonya yang agak gelap itu, sambil saya aba-aba tukang taksi kalau ada apa-apa tolongin saya yah hehe...

Di dalam saya langsung buru-buru menanyakan kalau kebenaran rate yang tertulis di papan depan tokonya dan katanya benar. Oh oke, saya pun mengeluarkan lembaran yen dan menanyakan kalau uang segini itu jadinya berapa rupiah. Dan terdengar ketak-ketik si bapak yang sedang menggunakan kalkultor, lalu ia pun menuliskan jumlah total rupiah di kuitansinya.

Dan aneh tapi nyatanya hitungan saya dengan hitungan yang tertulis di kuitansi kok bedaaaa banget! Sampe saya pinjem kalkultor si bapak money changer, dan di depan dia langsung saya hitung dan menunjukkan hasilnya sama dia, dan tahu nggak, si bapak seperti tersenyum sinis, mengatakan, “Itu rate belum termasuk komisi saya dong bu!” Duh jengkelnya setengah mati, sambil merepet kaya petasan cabe rawit saya ngomel, “Ya mbok dicantumin dong Pak di depan, kalau rate itu untuk komisi juga, kalau gini kan saya jadi merasa tertipu, karena kalau dihitung-hitung kok malah lebih rendah dari yang rate biasa sih!” dan dari jengkel berubah jadi dongkool banget karena si bapak dengan cueknya ngeloyor ke depan toko sambil main game di hp-nya setelah saya bilang gak jadi untuk menukarkan uang di sini dan buru-buru ngegeret anak-anak saya masuk ke taksi.

Dalam taksi nggregetnya sudah sampe ke ubun-ubun, tega banget sih tuh orang usaha tapi kok caranya culas gitu! Dasar emak-emak gak lihat sikon, langsung deh curhat sama pak supir taksi tentang kejadian tadi. Dan ternyata kejadian yang saya alami itu bukanlah hal yang aneh lagi! Ya, bisa dikatakan di Bali banyak money changer liar yang culas! Ih serem ya, dari keterangan si bapak supir, sudah beribu-ribu kasus tentang kecurangan yang dilakukan para money changer liar yang telah menipu para turis yang sedang berlibur ke bali. Dan kejadian inilah yang merusak image keindahan Pulau Dewata yang sudah kesohor ke seantero dunia.

1408550756712661465
1408550756712661465

Dari hasil curhat dengan bapak supir taksi itu, maka tercenganglah saya mendengar penuturan tentang kenakalan para money changer liar ini, adalah sebagai berikut:

  1. Saat kita menukarkan uang janganlah terbuai dengan tulisan di papan yang mencatumkan rate yang `luar biasa` karena ternyata itu hanya tipuan merek untuk menarik perhatian saja. Ketika kita sudah masuk perangkap, maka rate `luar biasa` itu akan terlihat menjadi rate yang sangat `mengenaskan` karena banyak potongan tak terduga dari rule yang ditetapkan sendiri oleh si money changer itu!
  2. Ketika menghitung jumlah uang, coba periksa lagi keakuratannya, jangan percaya begitu saja dari omongan atau tulisan yang tertera di kuitansi yang langsung disodorkan oleh money changer itu. Kalau ada perbedaaan, minta perincian secara details, karena ada money changer yang minta komisi dan ada yang tidak pakai komisi. Biasanya authorized money changer itu tidak pernah ada komisi-komisian (tapi hati-hati authorized atau licensed money changer juga ada yang palsu!) yang terpampang ya itu rate yang sesungguhnya. Untuk money changer liar atau abal-abal kadang suka menipu menetapkan rate tinggi padahal rate itu termasuk dengan komisinya, gaya trik seperti ini sudah lazim di Bali, jadi waspada waspada!
  3. Nah, trik licik bin culas yang bikin saya gemas dengernya adalah nilep uang customer-nya! Lah gimana bisa? Yaitu, saat kita selesai transaksi lalu mengecek dengan menghitung uangnya lagi, setelah pas jumlahnya, maka sang money changer licik itu akan pura-pura berbaik hati untuk meminta uang yang sudah dihitung pas tadi untuk dimasukkan ke dalam amplop. Nah saat kita lengahlah, maka uang yang katanya mau dimasukkan ke dalam amplop itu akan ditilep dengan menjatuhkan beberapa lembar uang itu ke bawah. Dan customer baru tersadar kalau uang itu kurang setelah sampai di hotel. Ngenesnya, ketika para turis ini balik lagi dan protes, para money changer yang culas ini akan berbalik ngotot kalau mereka tidak salah karena uang tadi dihitung bersama-sama. Jadi saran dari pak supir taksi, habis hitung uang langsung masukin dompet atau tas aja dan buru-buru keluar dari tempat itu, karena kita nggak tahu apa yang akan terjadi kalau trik culas mereka itu tidak mempan oleh customernya.
  4. Dan yang terakhir, pernah ada kasus beberapa turis yang ngotot dan gak terima kalau mereka ditipu, tapi ternyata lebih galakan si money changer yang culas itu daripada turis yang tertipunya. Malah kadang sempat mengundang bahaya karena turis tersebut ada yang dipukul atau dimarahi dengan kata-kata yang kotor, jadi sebaiknya kalau merasa tertipu langsung datengin saja polisi setempat untuk diperiksa lebih lanjut. So far, katanya sih para money changer culas ini masih takut sama polisi kok, fiuh syukurlah.

Makanya saya kapok sekapok-kapoknya deh, mudah-mudahan jadi pengalaman pertama sekaligus terakhir berurusan sama money changer abal-abal macam gini walau keadaan sedarurat apa pun, ya mbok ya sabar sampai menemukan money changer yang jelas dan terdaftar, biasanya sih kalau yang `bener` money changer-nya, itu tempatnya berupa kantor, bukannya numpang pada sebuah toko atau lapak di pinggir jalan yang hanya diisi dengan meja dan kursi dan bermodal pada papan yang tulisan rate-nya pun pake spidol yang mudah dihapus pulak!

Jadi yuk ah, jangan buat liburan di bali kita jadi tidak menyenangkan hanya karena berhubungan sama makhluk-makhluk yang tak bertanggung jawab ini. Mudah-mudahan pemerintah daerah Bali bisa cepat menangani masalah money changer liar yang ternyata kerap menipu dan merugikan para wisatawan asing dan juga jangan sampai dong image Bali tercoreng hanya karena masalah tipu-tipuan yang katanya setiap saat ada aja tuh korban yang jatuh terjebak dan tertipu.

salam hangat, wk

image http://www.nomad4ever.com/2007/09/24/never-trust-a-money-changer/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun