Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Siapa Satrio Piningit

12 Desember 2015   06:26 Diperbarui: 12 Desember 2015   11:58 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sebagian masyarakat Indonesia meyakini bahwa ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ ialah sosok pemimpin yang mampu membawa Nusantara atau Bangsa Indonesia menuju negara yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kertoraharjo (kaya sumber daya alam dan subur, aman, tentram, dan sejahtera).

Bung Karno Sang Proklamator Bangsa Indonesia pun di suatu kesempatan pernah menyatakan bahwa, kelak suatu saat nanti Bangsa Indonesia akan dipimpin oleh seorang ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ yang mampu membawa Bangsa Indonesia menuju zaman keemasan. “Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya ‘Ratu Adil’. Apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan, datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap. “Kapan, kapankah matahari terbit?” (Soekarno, 1930), dalam bukunya Indonesia Menggugat.

Satu tahun lalu, Politisi Partai Hati Nurani Rakyat, dan saat ini menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi meluncurkan buku, Strategi Kebangsaan Satrio Piningit 2014, berpendapat, kondisi bangsa ini sekarang memang bisa disebut Krisis Kepemimpinan, Artinya ketiadaan Kepemimpinan Politik yang bisa memenuhi harapan banyak orang, dalam hal Visi dan Komitmen Visi itu. Yuddy menyandur pujangga Ronggo Warsito, Spiritualis Jawa yang hidup di Abad ke 18 Masehi. Ronggo Warsito meramalkan pada suatu abad nanti, Indonesia akan dipimpin oleh seorang Ratu yang adil disebut Satrio Piningit.

Saat itu, Yuddy Chrisnandi meyakini Ratu adil itu akan hadir dalam Tahun 2014. Yuddy Chrisnandi, melihat kepemimpinan nasional akan tampil dari kalangan muda, dengan kata Kata Satrio Piningit yang dianggap sebagai tokoh, pemimpin muda, yang tidak hanya terpaku dengan umur,  tetapi spirit yang diembannya. Kemunculan Satrio Piningit dikatakan Yuddy Chrisnandi, akan tampil sendirinya karena setiap zaman kepemimpinan telah menjadi bagian dari Satrio Piningit. “Orang itu memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dan dia taat. Dia pemimpin yang memiliki karakter mengabdikan semua kehidupannya untuk membereskan masalah,” ucapnya. Dia, sebut Yuddy lagi, akan menyelesaikan masalah korupsi dan mampu menciptakan kesejahteraan rakyat serta membawa harum nama bangsa di dunia internasioal. Setidaknya menjadikan Indonesia menjadi macan di kawasan ASEAN. “Sosoknya akan berani ambil resiko,” ungkapnya.

Kita pun mungkin dengan diam-diam atau bahkan dengan terbuka berharap kelak Bangsa Indonesia akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki berbagai keutamaan yang oleh kepercayaan masyarakat Jawa disebut ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’. Sifatnya yang lemah lembut, penuh perasaan, dan kasih sayang layaknya seorang ratu yang memerintah. Sifatnya yang juga adil dalam menjalankan hukum dan persamaan derajat membuat dia disebut sebagai ‘Ratu Adil’ karena dia adalah keadilan itu sendiri. Istilah ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ baru dikenal pada zaman pujangga Kraton Mataram di Surakarta. Pada sekitar tahun 1830-1873 Masehi meskipun sebelumnya telah ada Jangka Tanah Jawa yang merupakan mahakarya Prabu Sri Jayabaya pada masa keemasannya di Kerajaan Kediri (1135-1157 M).

Segala sifat adil ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ yang berarti satria yang masih tersembunyi itu digambarkan oleh R Ng Ronggowarsito sebagai tunjung putih semune pudhak sinumpet. Artinya, tokoh yang masih suci bagaikan bunga teratai putih yang harum semerbak laksana bunga pandan yang tersembunyi di kelebatan daunnya. ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ sebagaimana dimaksud dalam Jangka Tanah Jawa Prabu Sri Jayabaya –R Ng Ronggowarsito tersebut digambarkan serba sempurna. Keadilan dan kebijaksanaannya bisa diterima semua kalangan. Seperti tersirat pada penjelasan R Ng Ronggowarsito berikutnya: “wadya punggawa sujud sadya, tur padha rena prentahe”. Artinya, rakyat dan para pembesar dengan senang hati menerima segala keputusannya dan tunduk terhadap perintahnya. R Ng Ronggowarsito mempertegas lagi dengan mengatakan, ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ itu tak membebani kehidupan rakyatnya. Sebagaimana tersurat pada bait catatan selanjutnya, “wong deso iku wedale kang duwe pajak sewu pan sinuda dening narpati mung metu satus dinar”. Artinya, pajak yang dibebankan kepada rakyat dikurangi dari seribu menjadi hanya seratus dinar.Mengikuti berbagai ciri-ciri keutamaan dan gambaran tentang ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ dalam catatan Prabu Sri Jayabaya dan R Ng Ronggowarsito dapatlah kita meyakini bahwa pemimpin yang menjadi dambaan rakyat itu adalah sosok pemimpin yang amanah (dipercaya).

Pemimpin besar menurut Warren Bennis, penulis buku “On Becoming a Leader”  bahwa setiap pemimpin besar dan hebat dihasilkan dari dan ditempa oleh crucible (ujian berat). Setidaknya, paling sedikit harus punya tiga hal. Pertama, rangkaian keyakinan yang kuat. Kedua, peserta yang penuh pengabdian. Ketiga, kemampuan menggunakan kedudukannya sebagai mimbar untuk mendapatkan dukungan yang luas bagi tujuannya. Semua kriteria ini adalah apa yang diperlukan pemimpin di tingkat nasional, dan wawasan ini adalah yang diperlukan organisasi tingkat lokal. Sebaliknya, birokrasi tidak mendorong kepemimpinan. Lembaga yang terbaik adalah lembaga yang mengembangkan pemimpin, dan itu memerlukan pandangan yang berbeda tentang seperti apa seharusnya organisasi.

Bagi Robert Townsend seorang pemimpin dapat dikenali karena mereka lebih menonjol dibanding yang lainnya karena rata-rata. Seorang pemimpin hebat bukan karena kekuasannya, tetapi karena kemampuannya memberikan kekuatan kepada orang lain.

Tentunya, kualitas pertama yang diperlukan oleh presiden atau pemimpin besar adalah watak. Kemudian pengalaman, intelegensi, dan energi yang diperlukan. Dari itu semua datang rangkaian keyakinan yang kuat. Kini dan di masa yang akan datang kita belum dapat memastikan bahwa para pemimpin Indonesia itu dapat disebut sebagai ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’.

Kita hanya dapat memastikan bahwa Bangsa Indonesia kini dan di masa yang akan datang memiliki pemimpin yang disebut sebagai “Satrio Pinilih”. Karena, pemimpin itu terpilih dan dipilih oleh rakyat melalui suatu mekanisme pemilihan umum yang demokratis. Apakah kita Bangsa Indonesia boleh berharap akan datangnya ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ sebagai pemimpin yang masih tersembunyi dan siapa sebenarnya ‘Ratu Adil’ atau ‘Satrio Piningit’ itu? Hanya Allah Yang Maha Mengetahui, Yang Menguasai alam semesta dan segala isi dan segala rahasia yang terkandung di dalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun