Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bayang-bayang Perang Besar?

26 Desember 2015   23:32 Diperbarui: 27 Desember 2015   08:53 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana perayaan Natal tahun ini, disaat upaya membangun sikap membuka diri untuk berada bersama-sama dalam situasi menerima keberadaan yang lainnya dan sedapat mungkin belajar bersama-sama.  Di luar sana, sungguh sayang di penghujung tahun Masehi 2015 ini, dunia dalam bayang-bayang kehancuran. Sungguh sangat disayangkan juga Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, menambah beban bayang-bayang itu semakin nyata dengan pernyataan kontroversial "Ini Mungkin Natal Terakhir Bagi Umat Manusia" . Masih dalam laman Tribun Manado, dalam khotbah serius di Vatikan, Paus Francis telah mengumumkan bahwa Natal tahun ini hanya menjadi sebuah " sandiwara " karena fakta bahwa dunia saat ini terlibat dalam apa yang disebutnya Perang Dunia III. Paus mengatakan bahwa kekacauan yang terjadi di dunia saat ini menandai dimulainya apa yang ia sebut " akhir zaman." Sebuah pesan dan  informasi yang harus dipahami dengan baik. Majalah Time edisi Rabu, 11 Desember 2013. Time memilih Paus yang terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio ini, sebagai Person of The Year. Dalam laman Tempo, 12 Desember 2013, 'Kontroversi Paus Fransiskus', mencatat beberapa kontroversi dari Paus asal Argentina ini. 

 

Ada apa dengan 'akhir zaman'? Apakah ia adalah perang koalisi internasional, dimana hampir seluruh negara di dunia terlbat didalamnya? Bukankah sejak dahulu dunia ini dalam keadaan perang? Bahkan, banyak buku bercerita tentang 'akhir zaman' dengan tanda-tanda peperangan. Mulai dari petaka di Irak yang menerjang siapa pun hingga tak tersisa hingga kini, bumi Syam, dan meluluhlantakkan Jazirah Arab. Dan kini, di perairan Laut Tengah, Samudera Hindia, dan Teluk Arab berkumpul segala jenis kapal perang, dengan dalih memerangi terorisme. Bahkan, usai jatuhnya jet Rusia akibat diroket pesawat tempur Turki, jagad sosial media ramai membicarakan kemungkinan akan terjadinya Perang Dunia III. Hal ini sempat menjadi trending topic di Twitter, namun dengan nuansa setengah bercanda, lengkap dengan meme. Apakah pernyataan Paus Fransiskus mengisyaratkan lambang dalam injil tentang perang besar di akhir zaman 'Armagedon'? 

 

Dalam buku, Approaching Armageddon, karya Ed Hindson, Sir Winston Churchill pernah mengatakan dalam abad ke-dua puluh, "Perang mulai masuk ke dalam kerajaannya sebagai janji penghancur umat manusia yang bisa menjadi kenyataan." Sekarang, koalisi bangsa-bangsa yang luas dan persenjataan perang yang modern sedemikian rupa sehingga usaha penghancuran global , Mengutip, John Phillips, Only God Can Propecy seperti dikatakan Churchill, "dilaksanakan pada skala dan dengan kegigihan yang belum pernah dibayangkan sebelumnya."  

Fakta, satu tahun lalu, beredar dokumen Army Operating Concept (AOC). Dokumen tersebut merupakan blue print Amerika Serikat dalam mempersiapkan perang besar. Sungguh terang benderang jika kita melihat peta The Syrian Crisis diatas, berawal pemerintah Amerika Serikat ingin menjatuhkan pemimpin Suriah Presiden Bashar al Assad sebagaimana menggulingkan Kolonel Muammar Ghadafi di Libya berubah menjadi penghancuran global di kawasan Timur Tengah, karena di sisi lain, Rusia mempertahankan Suriah. Namun, dalam konteks ini, saya lebih berhati-hati dalam memahami Suriah.  

Sejak kepemimpinan Putin, Rusia semakin ingin menjadi bagian dari kutub dunia yang memperbaiki tata dunia baru. Setelah berjaya soal ekonomi, tentunya Putin memiliki ambisi dan politik internasional. Dengan jelas, Putin mengatakan diplomasi internasional Rusia bukan diplomasi yang bertujuan imperialis. Mendukung negara lain secara ekonomi, sosial, politik agar berkembang adalah salah satu bagian penting dari kebijakan luar negeri Rusia. Ada sebuah kekuatan yang dinamakan siloviki yang menjadi mesin politik Putin. Mereka ini sangat mendominasi Kremlin. Menurut situs wikipedia, Siloviki dalam bahasa Rusia berarti kekuasaan. Siloviki sendiri terdiri dari sekelompok politikus Rusia di masa lalu adalah personel KGB dan petinggi militer. Mereka ini berpandangan nasionalisme konservatif yang mendambakan 'Rusia Besar'. otokrat, dengan kecenderungan memprioritaskan etnis Slav. Bahkan kelompok ini tergolong anti Semit. Oleh karena itu, lahirnya para oligarki Yahudi hanyalah faktor pendorong kebangkitan Siloviki.

Berbeda dengan Amerika Serikat, para perancang kebijakan luar negeri Amerika Serikat tampaknya masih memegang teguh Teori Domino dan Strategi Pembendungan (containment strategy). Misalnya, para pemegang keputusan luar negeri Amerika Serikat masih sangat percaya, jika satu negara atau kawasan jatuh ke tangan musuh maka negara sekitarnya tinggal menunggu giliran. Oleh karena, Amerika Serikat harus mencegah meluasnya pengaruh musuh tersebut dengan strategi pembendungan. Penjelasan penerapan strategi pembendungan dan teori domino serta tindakan Amerika Serikat mengamankan kepentingan nasionalnya di kawasan Timur Tengah dapat menggunakan The Truman Doctrine, Teori Domino serta Eisenhower Doctrine. Menurut Eisenhower, kawasan Timur Tengah mengalami vacum of power karena ditinggal Inggris sebagai super power sehingga Amerika Serikat perlu segera melakukan tindakan kontrol dan dominasi persekutuan Barat. Di depan kongres Eisenhower berpidato, "...the existing power vacuum must be filled by the United States before it is filled by Russia."?

Cukup jelas, tujuan politik dan militer Amerika Serikat, memperkokoh kekuatan militernya, dan menekan gerakan-gerakan radikal agar memelihara status quo serta terjaminnya saluran minyak secara teratur ke Amerika Serikat dan negara-negara industri Barat serta Jepang.

Potensi lain, adalah kawasan Laut Cina Selatan, mantan Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, mengungkapkan Laut Cina Selatan telah menjadi fokus dari sengketa maritim di Asia. Dua dari negara penuntut adalah Cina dan Taiwan, sementara empat lainnya – Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam – adalah anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Meskipun ASEAN sendiri sebagai organisasi bukan salah satu pihak yang bersengketa, organisasi ini memiliki kepentingan agar sengketa di kawasannya diselesaikan dengan damai tanpa memengaruhi kebebasan navigasi internasional. Indonesia juga memiliki posisi yang sama. Kami bukan pihak yang menuntut dalam sengketa ini, namun negara kami akan terkena imbas jika terjadi konflik di Laut Cina Selatan karena interpretasi dari “nine-dash line”atau sembilan garis terputus di peta Cina, yang mengklaim sekitar 90% dari perairan yang luasnya 3,5 juta kilometer persegi (atau 1,35 juta mil persegi). Karena kepentingan strategis dan ekonomis dari perairan tersebut, maka isu ini telah menjadi permasalahan internasional yang juga melibatkan Amerika Serikat.

Perang Dunia adalah fakta yang kompleks dan akhir dari segalanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun