Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akibat Surat Balfour

10 Desember 2015   19:55 Diperbarui: 10 Desember 2015   20:26 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Jika kita membaca harian dan media online, mendengarkan  radio atau melihat televisi, hampir tak ketinggalan selalu kita baca, dengar, dan lihat berita mengenai kawasan Timur Tengah. Timbul pertanyaan mengapa demikian? Bagaimana latar belakang sejarahnya?

Jika kita membaca buku-buku sejarah, maka sejarah Yahudi adalah sejarah yang menarik. Ketika dalam abad ke-19, pengejaran-pengejaran terhadap mereka terutama di Eropa Timur (yang disebut Pogroms) mencapai puncaknya, maka beribu-ribu orang Yahudi mengalir ke Amerika Serikat, Kanada, Amaerika Selatan, dan Afrika Selatan, juga ada yang beremigrasi ke Palestina di mana mereka dengan bantuan keuangan Rothschild dapat bertahan. Akhirnya pada tahun 1896 terbitlah buku Theodore Herzl, Der Judenstaat (Negara Yahudi) dan dengan itu dimulailah apa yang disebut gerakan Zionisme yang berusaha untuk kembali ke negara leluhur mereka. 

Harapan untuk suatu negara Yahudi timbul pada tahun 1917 ketika pada Perang Dunia I Inggris menyerbu Palestina yang saat itu dikuasai Turki dan karena alasan-alasan yang hingga kini masih sering diperdebatkan Menlu Inggris mengirim surat kepada Baron Yahudi Edmond de Rothschild yang tinggal di Paris dan terkenal menjadi penunjang keuangan transmigran Yahudi di Palestina. Dari buku Prof. Jan Romein, De eeuw van Azie kita kutip bunyi surat tersebut 

Foreign Office,

                                                                                                                                         November 2, 1917

Dear Lord Rothschild,

I have much pleasure in conveying to you, on behalf of His Majesty's Government, the following declaration of Sympathy with Jews Zionist aspirations which has been submitted to, and approved by, the Cabinet.

His Majesty's Government view with favour the establihment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavours to facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which many prejudice the civil and religious rights of existing non Jewisch communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other country.

I should be grateful if you would bring this declaration to the knowledge of the Zionist Federation

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun