Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benturan Agama-Budaya Anak Malaikat 'Spirit Doll'

8 Januari 2022   11:17 Diperbarui: 8 Januari 2022   11:41 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/thailandamuletcenter/

Di media sosial, istilah 'spirit doll' sempat masuk ke jajaran trending topic pada Selasa (04/01) dan masih hangat dalam perdebatan pro maupun kontra hingga Kamis (06/01).  Bahkan, merambah ke ranah agama.


Mengutip situs Kementerian Agama juga menyatakan mempercayai adanya unsur kekuatan gaib pada benda bikinan manusia berarti menurunkan nilai kemuliaan manusia, karena bertentangan dengan nilai tauhid sebagai asas keimanan kepada Allah Yang Maha Esa.  Lebih lanjut, masih dalam pernyataan itu, hobi mengoleksi boneka sebagai karya seni dan mainan boleh-boleh saja, tapi tidak boleh lebih dari itu.


Fenomena boneka arwah atau 'spirit doll' menjadi benturan antara agama dan budaya. Di Thailand, seperti dikutip situs Culture Trip, boneka bayi plastik atau spirit doll itu dikenal dengan nama Luk Thep (malaikat anak). Boneka ini diyakini dirasuki oleh roh halus yang membawa keberuntungan dan kemakmuran di masa depan. Tak lama setelah pernyataan tersebut, para biksu Buddha dan peramal mengadakan ritual untuk menempatkan roh "keberuntungan" ke dalam boneka plastik. Sejak saat itu, selebriti Thailand pun ikut-ikutan dan terlihat membawa Luk Thep kemanapun mereka pergi.

Baca: Boneka "Spirit Doll" Si Pembawa Keberuntungan

Di Indonesia, suku Toraja adalah salah satu suku yang masih menjaga tradisi dan budaya leluhurnya. Bahkan ritual adat mereka  dinilai unik menarik banyak wisatawan untuk datang ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Masyarakat Toraja, menjadikan kematian sebagai tema besar, untuk menghormati keluarga yang meninggal, mereka menggunakan sebuah upacara adat dengan mengeluarkan mayat yang ikenal sebagai Tau-Tau. 

Dalam artikel Patung Tau Tau di Toraja Provinsi Sulawesi Selatan: Kajian Simbol Susanne Knauth Langer patung Tau Tau di Toraja, Sulawesi Selatan merupakan salah satu karya seni yang tergolong dalam karya seni ritual. PatungTau Tau adalah replika dari masyarakat Toraja yang meninggal dunia.Patung Tau Tau sebagai karya seni ritual, oleh karena Patung Tau Tau erat kaitannya dengan proses ritual keagamaan. Dalam kepercayaan suku adat Toraja (Aluk Todolo), Tau Tau bukan melambangkan badan atau raga almarhum, melainkan simbol roh atau spirit sang almarhum yang tidak ikut mati, tetapi melanjutkan kehidupan lain di alam berikutnya sesudah kematian.  

Ajaran Aluk Todolo dalam Toraja: Simbolisme Unsur visual Rumah Tradisional danPerubahan Aplikasinya pada Desain Modern. Yogyakarta: Ombak, karya Abdul Azis Said  tahun 2004, bahwa di luar diri manusia terdapat tiga kekuatan yang wajib dipercayai akan kebenaran, kebebasan, dan kekuasaan. Ketiga kekuatan yang dimaksud adalah pertama Puang Matua, yakni unsur kekuatan yang paling tinggi; kedua Daeta-daeta,yakni unsur kekuatan yang diturunkan oleh Puang Matua kepada manusia pertama, yang kemudian deberikan kekuasaan dan tanggung jawab agar seluruh isi bumi dapat digunakan dan didiami oleh manusia untuk menyembah kepada Puang Matua; kemudian, yang ketiga adalah Tomebali Puang, yakni unsur kekuatan yang juga disebut Todolo, merupakan penjelmaan para leluhur yang kemudian menjadi dewa.

Masyarakat Barat, memanfaatkan boneka-boneka hiper-realistis sebagai alat terapi. Dikutip dari History of Reborn Dolls, mereka  memodifikasi boneka vinyl yang sudah ada-menambahkannya dengan cat kebiruan di bagian dalam boneka, mengaplikasikan berlapis-lapis cat warna kulit dan menggambar pembuluh darah, mengganti mata dengan bola kaca, dan memasangi rambut satu per satu dengan cara micro-rooting. Beberapa bahkan diperlengkapi alat elektronik yang bisa membuat boneka bergerak naik-turun sehingga nampak seperti bernapas, memiliki detak jantung, atau dipasangi pemanas hingga terasa hangat saat disentuh.

Reborn doll, sebutan yang diberikan mereka karena berasal dari boneka biasa yang kemudian 'terlahir kembali', biasanya digunakan perempuan sebagai alat terapi setelah kehilangan bayi.

Saya bertanya-tanya, bagaimana dalam pengalaman manusia kontemporer di bumi pada masa ini, kita tidak memiliki pembicara tentang pengaruh Kebudayaan dan Agama terhadap pembangunan.

Ketika kita menggunakan kata budaya, apa yang disampaikannya kepada kita? Tradisi dan adat istiadat semakin dekat dengan persepsi kita. Budaya memiliki salah satu definisi terpanjang dalam kamus. Seseorang menyatakan bahwa kualitas pencerahan dan pemurnian yang timbul dari pengenalan dan perhatian terhadap apa yang dianggap sebagai seni, huruf, tata krama, jumlah total cara hidup yang dibangun oleh sekelompok manusia dan diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya."Dengan demikian seseorang dapat digambarkan sebagai berbudaya. Adat adalah cara kebiasaan bertindak dalam keadaan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun