Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Biden dalam Bayangan Trump, Bangkitnya Sayap Kanan Amerika

4 Januari 2022   07:33 Diperbarui: 4 Januari 2022   07:59 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theconversation.com/

Joe Biden menyadari perjalanan politiknya dalam bayang-bayang polarisasi politik Amerika Serikat warisan Trump. "Kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan ini hanya karena kelihatannya menggelikan atau terlalu mengerikan untuk dibayangkan," Thomas Homer-Dixon, direktur pendiri Cascade Institute Royal Roads University di British Columbia, menulis untuk Globe and Mail.

Menurut studi Pew Research Center bertajuk America is exceptional in the nature of its political divide, ketidaksepakatan di antara Partai Demokrat dan Republik semakin mencolok dalam beberapa tahun terakhir. Kedua kubu bersilang di banyak sektor, mulai dari soal ekonomi, keadilan rasial, perubahan iklim, penegakan hukum, hingga politik internasional.

Baik pendukung Biden maupun Trump meyakini bahwa perbedaan di antara mereka lebih dari sekadar politik dan kebijakan. Trump menolak mengakui kemenangan Biden. Ia bahkan tidak menghadiri pelantikannya---menjadikannya presiden pertama yang melanggar tradisi yang telah berumur 1,5 abad. Trump sama sekali tidak menyebut nama Biden dalam pidato terakhirnya.

Pada 6 Januari 2021, pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol, dan menghambat pengukuhan kemenangan Biden. Seorang polisi dan empat massa aksi tewas dalam kejadian itu. Kejadian itu mengejutkan dunia dan mencoreng Amerika yang selama ini dianggap sebagai "mercusuar demokrasi".

Hari ini kita hidup di dunia di mana hal-hal yang absurd secara teratur menjadi nyata dan hal-hal biasa menjadi mengerikan. Demokrasi Amerika runtuh, menyebabkan ketidakstabilan politik domestik yang ekstrem, termasuk kekerasan sipil yang meluas. Warisan Trump di kalangan akar rumput tak serta bisa hilang. Kebijakan-kebijakan Trump memang bertendensi antiimigran dan proteksionisme.

Menurut kolumnis The New York Times Ross Douthat dalam artikelnya Is There a Trumpism After Trump?  Trump membentuk konservatisme yang berkomposisi multietnis, kelas menengah, dan populis. Jadi, sebenarnya Trump tetaplah kandidat yang kompetitif dan mengakar. Lebih dari setengah pemilih Partai Republik percaya bahwa Trump sebenarnya memenangkan pilpres 2020 dan 45 persen Republikan mendukung aksi penyerbuan Capitol Hill.

Penyerbuan Capitol bukan hanya sekadar tengara polarisasi politik. Ia membuktikan bahwa kelompok sayap kanan Amerika benar-benar merupakan sebuah ancaman. Selama kepemimpinannya, Trump tebar pesona menyambut dukungan dari kelompok yang disebut orang Demokrat sebagai "teroris domestik" ini.

Laporan dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) The War Comes Home: The Evolution of Domestic Terrorism in the United States menunjukkan, sepanjang 2020, terjadi peningkatan (67 persen) serangan kelompok sayap kanan atau supremasi kulit putih. Persentasenya bahkan melebihi aksi kelompok kiri dan anarkis radikal (20 persen). Mereka menggunakan kendaraan, bahan peledak, dan senjata api sebagai senjata utamanya dan menargetkan demonstran maupun individu dari kelompok lain karena alasan ras, etnis, agama, atau pilihan politik.

Tahun-tahun mendatang, jika tidak lebih cepat, Amerika Serikat dapat diatur oleh kediktatoran sayap kanan. Jika Trump kembali ke Gedung Putih pada 2024, termasuk legislatif negara bagian yang dipegang Partai Republik yang menolak kemenangan Demokrat. Trump hanya akan memiliki dua tujuan, "pembenaran dan pembalasan" dari kebohongan bahwa kekalahannya pada tahun 2020 oleh Joe Biden adalah hasil dari kecurangan pemilu.

Fenomena Trump membawa dampak pada fokus masalah yang mendesak tentang apa yang harus dilakukan dari segala kemungkinan terurainya demokrasi di Amerika Serikat.  Dimulai dengan sepenuhnya menyadari besarnya tantangan. Jika Trump terpilih kembali, bahkan di bawah skenario yang lebih optimis, risiko ekonomi dan politik bagi tatanan dunia  akan tak terhitung banyaknya. 

Sampai disini, jadi ingat tulisan saya berjudul  Seandainya Donald Trump Presiden Amerika Serikat ke-45, Adakah "Trump" di Indonesia? Artikel utama Kompasiana, 6 Maret 2016. Lantas, kemudian apakah perlu khawatir dan was-was bahwa Donald Trump kembali menjadi Presiden Amerika Serikat ke 47? Dan, menginspirasi bahwa tokoh seperti Trump ini tiba-tiba muncul di Indonesia? Simak saja, pidato dan ucapan Trump yang beredar di media massa, media daring, dan media sosial. Trump menunjukkan sikap anti asing dan anti perdagangan bebas.

Tentunya, bagi mayoritas warga Indonesia, khususnya akademisi dan intelektual publik bawel tentang globalisasi ekonomi yang membawa dampak negatif bangsanya. Namun, publik bisa lihat, selama pemilihan umum, mayoritas para pemilih selalu mendukung partai dan calon yang pada prinsipnya terbuka pada konsep ekonomi dunia. Faktanya, Presiden Joko Widodo mendapatkan warisan kebijakan ekonomi masa otoriter lima puluh tahun lalu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun