Mohon tunggu...
Dede Rusmana
Dede Rusmana Mohon Tunggu... Penulis - Sedang belajar menulis.

Satu dari 250 juta manusia yang diberi kesempatan hidup. Suka menulis di berbagai platform. Penggemar Harry Potter dan Taylor Swift. penaku28@gmail.com 📧

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hujan dan Melodinya

21 Juni 2018   10:00 Diperbarui: 21 Juni 2018   10:14 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alam berbahasa, pun hujan memiliki melodi. Tapi tak semua manusia memandang hujan sebagai sebuah lagu yang menyenangkan, beberapa memandang hujan sebagai sebuah ballada, lagu sedih.

Kita menciptakan momen saat hujan turun, lantas tetes demi tetes itu menggubahnya menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar momen. Menjadi sesuatu yang sering kita sebut dengan 'kenangan'.

Kita mengabadikan momen dengan photo dan video menjadikannya kenangan yang bisa ditengok kapan saja. Tapi cara kerja hujan tidak seperti demikian, karena hujan tidak turun sesuai dengan keinginan kita. Kapan dan dimananya. Atau barangkali kita tidak ingin hujan turun, tapi ia tetap turun. Hujan adalah anugerah yang hanya dikendalikan oleh Tuhan. Maka kita hanya akan mengingat kenangan yang terjadi tatkala hujan, hanya ketika hujannya juga turun. Begitu?

Hujan sebagai sebuah lagu yang menyenangkan. Adalah hujan yang mengingatkan kita akan kenangan baik, tawa, bahagia, suka cita. Berkumpul bersama keluarga saat hujan, menghabiskan waktu bersama seseorang saat hujan, berlarian di bawah hujan, bermain bola tatkala lapangan sedang diguyur hujan. 

Apapun bentuknya. Bagaimana pun rupanya. Besar kecil kenangan itu nyatanya memiliki arti. Dan hujan merekamnya. Otomatis saat hujan turun, momen itu kita ingat kembali, seakan direka ulang olehnya.

Hujan sebagai lagu sedih. Adalah ingatan akan hujan pada hal yang menyakitkan serupa bencana dan kejadian buruk lainnya, pertengkaran, perpisahan. Longsor, banjir, manusia berpikir pemicunya adalah karena hujan turun. 

Bahkan sampai menyalahkan hujan. Meskipun hujan tak salah apapun. Hujan hanya benda mati yang diturunkan malaikat sesuai yang diperintahkan Tuhan. Hujan turun apa adanya. Hujan tak pilih-pilih di mana ia akan digugurkan. Menimpa tanah atau genting. Turun di sungai yang penuh sampah atau di sungai yang bersih. Bukan hujan yang memutuskan.

Kita, manusia, sebagai satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat mengatur lingkungan. Apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan agar hujan mau bekerja sama dengan kita?

Hujan juga dapat berarti berita duka bagi orang-orang jalanan. Mereka berpikir dimana mereka akan berteduh. Hujan juga dapat berarti kabar bahagia, selain petani yang paling menunggunya, ojek payung juga masih dapat kita lihat.

Di pandang sebagai objek, hujan tak lain hanya jutaan tetes air. Di pandang sebagai peringatan, hujan memperingati kita agar lebih peduli lingkungan. Sebagai makna hujan adalah wujud kasih sayang Tuhan kepada bumi dan isinya, agar manusia tetap hidup, agar ikan-ikan tak sekarat, agar rerumputan dan pohon-pohon tetap tumbuh hijau gemilang, dan tak lain hanya untuk menghidupkan sungai-sungai yang mati. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun