Mohon tunggu...
Wardah Botutihe
Wardah Botutihe Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Place: SulawesiUtara_Kota Bitung

AllahSwt

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehadiran Cahaya Cinta Tuhan dalam Hati Sang Mualaf

14 Oktober 2019   23:12 Diperbarui: 18 Oktober 2019   22:47 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diterik matahari Kota Mando siang itu seolah-olah mampu menembus pelapis apapun  yang dikenakannya. Terik yang selalu menempa setiap pejalan kaki yang rindu berteduh dibawah pohon. Tetapi tidak dengan Tamara Austina. Seorang wanita sederhana yang memiliki pemikiran yang luas tentang filosofis. Dengan tangan kanannya, ia menghalau sinar-sinar matahari yang menerpa wajah cantiknya dengan langkah-langkah kakinya yang menuju ke satu tempat.

 kampus yang di favoritkannya. Tempat dimana ia menimbah ilmu S2 Nya. Dan untuk meneruskan cita-citanya untuk menjadi seorang Dosen. Sampai...

" Tamara, Tunggu.. Tamara tungguin... !!

Suara itu sentak membuatnya berhenti dan memutar badannya ke arah di mana letak suara cempreng yang menyapanya. Dan begitu tahu siapa pemilik suara cempreng yang memanggilnya, ia kembali melanjutkan langkahnya yang sudah berada tidak jauh dari kampus tersebut. Seperti biasa duduk di bagian ternyaman di taman kampus. Dengan pegangan buku Filosofinya. Beberapa jam tampak makhluk yang kini memasang wajah jutek mulai melangkah menujunya.

"Duh.. Dih.., kenapa sih kamu nggak nunggu aku? Protesnya, dengan mulai menghempaskan tubuhnya pada kursi di depan Tamara yang hanya menarik senyum begitu kecil di sudut bibirnya. Si pemilik suara sempreng pun mengendus kesel begitu tak mendapatkan respon dari Tamara kecuali, hanya helaan nafas yang hadir seperti biasanya. Bibir itu terus-menerus manyun dan menunggu Tamara bersuara. Menjawab pertanyaannya, Tamara akhirnya membuka suaranya setelah jeda yang begitu cukup panjang.

"Lagian, ngapain kamu minta aku nunggu? Kan bisa jalan sendiri tanpa aku," Jawab Tamara kalem, lalu meminta minuman yang di genggam si pemilik suara cempreng itu. Pemilik suara cempreng itu bukan lain ialah sahabat baiknya Tamara. yang selalu mengerti, menghargai, setia dan begitu sayang kepada Tamara.

"Lagian sih kamu jalannya seperti orang yang sedang berada di planet sendiri. Tak mendengar suara dari orang di sekitar kamu Tam.. tam.. aku kan jadi kesel."  Ujar Riah.

Senyum kalem, sambil menatap matanya riah, iya deh.. iya.. aku minta maaf yaa..., janji deh.., besok-besok aku tidak begitu lagi. Tapi, kalau aku begitu lagi mohon di maklumilah ri.., aku hanya sedang memikirkan bagaimana kita sebagai manusia bisa mempunyai pengetahuan yang luas mengenai Filosofis ri..?! Jawab Tamara dengan raut wajah yang menunjukkan pertanyaan-pertanyaan yang begitu mengganjal dalam isi kepalanya.

"Hadeh.., iya.. iyainaja ke kamu tam.., dengan semua khayalan, keinginan dan pemikiran filosofimu itu ..! Tam..,"  Ujar ria kepada sahabatnya Tamara

"eh.., bentar deh, tam. Ngomong-ngomong tentang filosofi atau pikikran filsafatmu itu, bagaimana ya kabarnya nugrah...."  Ria terdiam sejenak menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Hehe.., ups.. maaf Tam. Bukan maksud aku buat mengingatkan kamu tentang dia.."  Ujar kembali ria.

" nggak papa kok ri, tenang aja aku udah engga terlalu mikirin dia.!"  Jawab Tamara dengan nada suara yang pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun