Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peradaban Jaman Now

5 Desember 2021   08:29 Diperbarui: 5 Desember 2021   08:39 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong perubahan perilaku manusia. Perubahan perilaku ini pada akhirnya akan mendorong perubahan cara memandang dan memaknai kehidupan. Richard Sennet, profesor sosiologi dari London School of Economic dan New York University, menerjemahkan kota (city) sebagai tempat tinggal manusia di mana para orang asing bisa bertemu. Sementara peradaban (civility) merupakan suatu aktifitas yang melindungi manusia dari sesamanya dan organisasi lain.

Esensi dari peradaban adalah penggunaan topeng (mask). Karena dengan mengenakan topeng mereka bisa bersosialisasi secara murni, bisa tidak memihak salah satu kekuatan dan bisa menyembunyikan perasaannya (privat feeling). Mereka ini berharap agar hal-hal yang privat ini bisa terwujud. Jadi ada pemisahan yang jelas antara hal-hal publik dan hal-hal privat.

Sedang Liisa Uusitalo, mantan profesor marketing di Helsinki School of Economics, menyatakan bahwa orang-orang sering "berbagi ruang konsumsi" secara fisik. Peristiwa seperti ini bisa kita lihat dalam konser atau pameran, tempat wisata, tempat menonton aktifitas olah raga, mall dan kafetaria. Mereka ini berbagi ruang secara fisik namun tidak menyertakan aktifitas interaksi sosial. Di tempat-tempat tersebut mereka bersama-sama dalam kesendirian masing-masing.

George Ritzer, seorang penulis buku-buku sosiologi, menyatakan bahwa "crowd are gatherings not congregation, cluster not squads, agregates not totalities." Artinya kebersamaan yang terjadi hanyalah fisik semata. Ketika orang berbelanja ke mall, mereka akan merasa seakan berada di tempat lain. Ketika orang menjelajahi "temple of consumpsion" (ini adalah teori Ritzer) seakan mereka memasuki dunia yang lain.

Secara ringkas dan sederhana, ketiga pemikir ini menyatakan bahwa kemajuan peradaban justru mencabut manusia dari kesatuan dengan ruang dan waktu. Memang saat ini belum begitu kelihatan wujudnya. Satu yang sering dijumpai adalah fenomena "alone together." Ketika beberapa orang berkumpul, mereka akan memulai dengan basa-basi. Namun ketika basa basi ini benar-benar basi, maka HP akan menjadi godaan yang kuat. Orang kemudian akan melupakan kiri-kanan, depan-belakang dan atas-bawah. Mereka tercabut dari kesatuan ruang dan waktu. Hal-hal semacam ini akan semakin marak seiring dengan pergantian generasi. Kita tak tahu apa nanti yang akan terjadi dalam dua puluh-tiga puluh tahun yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun