Mohon tunggu...
Wawan Rhee
Wawan Rhee Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Gardapati Link

Berbagi Celoteh

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Start-up Berguguran, Saatnya Move On

24 Juli 2020   10:27 Diperbarui: 27 Juli 2020   05:37 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis digital yang memiliki fundamental kuat, akan berhasil  melawati krisis pandemi Covid-19 (sumber : Pixabay)

Tujuannya untuk membantu mitra pengemudi dan penjual (merchant) yang pendapatan hariannya tertekan oleh pembatasan sosial dan WFH dalam penanganan pandemi. Dari pemotongan gaji tersebut, Gojek mengumpulkan Rp 100 miliar, sementara Grab Rp 161 miliar.

Jika tidak segera dilakukan perbaikan signifikan selama pandemi berlangsung, tidak menutup kemungkinan akan semakin menambah panjang jumlah start-up yang gulung tikar. Apalagi pembatasan-pembatasan yang menjadi biang kerok lesunya perekonomian ini belum bisa diprediksi kapan berakhirnya. Bisa jadi setahun, dua tahun. Atau sampai vaksin definitif ditemukan.

Ditambah, pergerakan jumlah positif yang terus mengalami peningkatan setiap harinya, juga belum menunjukkan tanda-tanda melandai. Malah, Kamis pekan kemarin, (9 Juli 2020) kasus corona di Indonesia tembus di angka 2.657 kasus.

***

Rontoknya sejumlah perusahaan berbasis digital yang diakibatkan badai corona ini semakin menguatkan anggapan sebagian pengamat. Benarkah bisnis tersebut rentan goyah dan sulit berumur panjang?

Terlepas efek krisis kesehatan global, start-up diklaim sejumlah ahli memiliki potensi besar mengalami kegagalan. Potensi keberhasilan disebut hanya satu persen saja. Selebihnya, 99 persen gagal.

Diakui, banyak start-up berhasil berada di level unicorn. Keberhasilan itu karena platform menjadi media yang langsung mempertemukan antara supply and demand. Disparitas harga yang ditawarkan cukup kompetitif, simpel dan praktis. Itu yang membuat publik jatuh hati dan perlahan melakukan shifting dari pasar konvensional.

Mereka menganggap platform perusahaan baru itu menghadirkan solusi. Actionnya selalu inovatif dalam menjawab kebutuhan masyarakat yang tak dapat diakomodir pasar sebelumnya.

Kehadiran start-up dianggap sebagai lawan-lawan yang tak terlihat dalam pusaran bisnis. Ia menyedot pangsa pasar perusahaan incumbent. Kini, hal serupa dialami sejumlah perusahaan digital. Virus yang nyaris tak terlihat berukuran 120 nanometer memaksa untuk lebih kreatif melahirkan inovasi baru agar bisa bertahan.

Peluang untuk bertumbuh dan eksis masih sangat terbuka lebar. Guna meningkatkan revenue, perusahaan yang mayoritas digagas kaum muda harus mampu mengurai dan mengidentifikasi perubahan.

Jika dianggap perlu, salah satu langkah yang perlu diambil dalam penyelamatan bisnis adalah dengan mengevaluasi kembali bisnis model. Sekaligus mengukur relevansinya dengan situasi perekonomian sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun