Setiap hari kita tidak terlepas dari unsur angka dan berhitung. Segala sesuatu pasti akan bertemu dengan kalkulasi matematika dalam berbagai konteks aktivitas. Pelajaran matematika sangat urgen agar kita lebih cerdas menjalani aktivitas hidup, terhindar pula dari kebodohan dan penipuan.
Namun saat ini anak-anak masih memandang matematikan sebagai pelajaran sulit, Â menakutkan, alergi dan jarang sekali jadi pelajaran favorit. Bahkan ada pandangan yang menyatakan jika seorang anak menguasai pelajaran matematika dengan baik, maka dia cenderung akan memahami pelajaran lainnya dengan baik pula. Sebaliknya, jika pelajaran lain baik belum tentu matematikan ikut baik. Mengapa hal ini terjadi?
Matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang sudah kita temui dari jenjang dasar sampai kuliah. Â Matematika jadi pelajaran yang selalu di cap sulit karena sudah menjadi kebiasaan siswa dalam memandangnya, mindset negatif.
Matematika adalah ilmu yang abstrak, memiliki konsep terstruktur, rapi dalam nilai nilai beraturan. Hal ini dapat menjadikan siswa memiliki keterbatasan dalam menghadapi pelajaran matematika karena sebelum kita belajarpun sudah terstigma bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.
Matematika Jadi Bekal Penting Kehidupan
Matematika merupakan ide abstrak dengan simbol tertata secara hirarkis serta penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi (Hasratuddin).
Berhitung matematis sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari kita, membantu melakukan kegiatan harian. Matematika juga mendukung kita dalam mengikuti pelajaran lain, memiliki konteks yang lengkap dalam berbagai mata pelajaran lain, karena pada dasarnya matematika merupakan induk dan pelayan ilmu kepada semua pelajaran.
Kesulitan Anak dalam Matematika
Masih banyaknya siswa yang mencap matematika terlalu sulit untuk di pelajari, anak merasa bosan selama belajar, minat belajar rendah. Memahami konsep dasar  atau rumus matematika ditenggarai jadi salah satu penyebab kesulitan.
Matematika adalah ilmu pasti, benar salah. Saat seorang anak keliru menjawab, maka solusipun jadi salah. Salah menaruh koma ataupun kelebihan angka 0 maka berdampak pula pada nilai hasil tersebut.
Kesulitan ini terjadi karena kurang mampunya siswa dalam memahami konsep awal dan cara mengerjakan soal, ataupun mungkin guru tidak memberikan penjelasan memadai terhadap tingkat pemahaman anak.