Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi Pancasila | Mencari Butir-butir yang (Masih) Berserakan

1 Juni 2025   11:27 Diperbarui: 1 Juni 2025   11:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda Pancasila (Ilustrasi: Freepic)

Tanggal 1 Juni, diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Gema Pancasila kembali berkumandang. untuk diingat dan mungkin sejenak direnungkan. 

Di tengah riuh perayaan dan seremoni formal, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: Apakah nilai-nilai luhur Pancasila itu benar-benar hadir, melekat erat dalam setiap sendi kehidupan kita?

Atau jangan-jangan, tanpa kita sadari, butir-butir esensial dari dasar falsafah negara tercinta kita ini masih banyak tantangan, berserakan, tergerus zaman, terlupa di tengah hiruk-pikuk modernitas, atau bahkan terasing di rumahnya sendiri?

Mari kita sejenak merefleksikan secara kolektif, kejujuran hati, demi menemukan kembali inti Pancasila yang mungkin selama ini masih luput dari pandangan kita, demi menjaga martabat hidup kita yang berjiwa Pancasila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki dasar berketuhanan yang satu Tuhan Yang Maha Esa. Semua warga Indonesia telah sesuai dengan sila pertama dari Pancasiladalam berbagai sendi kehidupan.

Falsafah Pancasila menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila kesatu adalah merupakam suatu indikasi pokok warga negara yang mengakui keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam sesuai agama dan kepercayaan masing-masing

Catatan besarnya adalah bagaimana iman yang seharusnya mendamaikan tidak menjadi pemantik perpecahan, mengabaikan esensi pengakuan akan Tuhan yang satu di tengah keberagaman jalan menuju-Nya

Beberapa gejala yang masih rentan terhadap pelunturan sila ini, masih tumbuhnya nilai-nilai individualistis yang berpotensi rusaknya hubungan sesama manusia sebagai salah satu pengejawantahan percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME.

Kita merasa memegang teguh percaya taqwa padaTuhan YME, namun sering lupa keadaan sekitar, tetangga sebelah, benteng halaman yang makin tinggi, mengintimidasi warga lain dengan mengatasnamakan agama, ibadah ritual dilakukan namun abai sosial dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun