Vasektomi, sebagai metode kontrasepsi permanen bagi pria yang aman dan efektif, sayangnya masih menyimpan tanda tanya besar di Indonesia, terutama terkait rendahnya angka akseptor. Di tengah wacana kesetaraan gender dan pentingnya partisipasi aktif pria dalam Keluarga Berencana (KB), pertanyaan mendasar pun muncul: mengapa masih begitu banyak pria yang enggan memilih vasektomi?
Vasektomi adalah tindakan menghambat  atau  menutup  jalan  bagi sperma  melalui  upaya  bedah  untuk mencegah pembuahan (Varney). Keuntungannya adalah metode permanen, prosedurnya  lebih  sederhana, kegagalan lebih rendah, biaya lebih murah, sedangkan efek sampingnya adalah perdarahan dan infeksi (Everett, 2008).
Vasektomi ini operasi yang aman dan mudah, dan ini baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum melakukan  metode  vasektomi harus  dipertimbangkan  secara  matang.Â
Realitas Masalah
Rendahnya  tingkat  presentase  partisipasi  pria  dalam penggunaan  KB  di  sebabkan  oleh adanya  pandangan  masyarakat  terhadap kontrasepsi  vasektomi.  Hal  itu  mengakibatkan  banyak pria  yang  takut  menggunakan  kontrasepsi  karena  isu  mengenai  permasalahan  terhadap kejantanan  pria,  dan  pendapat  tentang  suami  takut  istri. Â
Jika  melihat  dari  kacamata  dunia, vasektomi merupakan alat kontrasepsi yang kurang menarik dan kurang mendapatkan perhatian, baik  dari  suami/  istri  atau  dari  pandangan  tenaga  Kesehatan  bagian  keluarga  berencana (Nasution, 2021)
Berdasarkan  hasil  Survei  Demografi  Kesehatan  Indonesia  (SDKI)  tahun  2017  peserta  KB aktif  Contraceptive  Prevalence  Rate  (CPR)  pasangan  usia  subur  mencapai  64%.  Angka prevalensi  pemakaian  kontrasepsi  modern  adalah  sebesar  57,2%,  yang menggunakan kontrasepsi  tradisional  6,4%  dan  36,4  tidak  menggunakan  KB.  Suntik  KB  merupakan  alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan yaitu sebesar 29%, diikuti oleh pil (12,1%), implant (4,7%), IUD (4,7%), MOW (3,8%) dan MOP (0,2), kondom (2,6) dan Metode Amenore Laktasi (MAL) (0,1%).
Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun  2021 Peserta Usia Subur (PUS) KB modern menurut  metode kontrasepsi, dengan rincian pengguna  kontrasepsi  suntik  59,9%,  pil  15,8%, implant  10,0%,  IUD/AKDR  8,0%,  MOW  4,2%,  kondom  1,8%,  MOP  0,2%,  MAL 0,1%.  Dari data  di  atas  bisa  dilihat  bahwa  alat  kontrasepsi  MOP  merupakan  jumlah  terendah  kedua  dari MAL yaitu 0,2% ( Kementrian Kesehat an RI, 2021 ).
Ada beberapa alasan mengapa pria kurang memiliki minat besar terhadap vasektomi
1.Usia
Usia seseorang dapat memengaruhi kesesuaian dan penerimaan terhadap metode kontrasepsi tertentu. Sebagaimana diungkapkan Pinem, vasektomi idealnya dipertimbangkan oleh suami berusia di atas 45 tahun yang telah memiliki minimal dua orang anak.
Kesehatan reproduksi pasangan usia subur memiliki dampak signifikan terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga, termasuk waktu kelahiran, jumlah anak, dan jarak antar kelahiran.