Di tengah kompleksitas tantangan zaman dan cita-cita luhur untuk mencetak generasi yang cerdas, kritis, dan berdaya, pertanyaan mendasar tentang arah dan tujuan pendidikan kita terus bergema.Â
Ada sebuah urgensi yang mungkin belum banyak disadari, yaitu kebutuhan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pendidikan emansipatori ke dalam sistem pendidikan kita.
Realitas pendidikan formal di Indonesia saat ini seringkali dihadapkan pada tantangan pergantian kurikulum, metode pengajaran, serta sistem evaluasi yang menekankan pada hasil akhir.Â
Akibatnya, potensi peserta didik untuk mengembangkan pemikiran kritis, kreativitas, dan kesadaran sosial secara mendalam bisa jadi terhambat.
Pentingnya Pengembangan Pendidikan Emansipatori di Indonesia
Dalam konteks inilah urgensi pendidikan emansipatori menemukan relevansinya. Pendidikan yang membebaskan ini menawarkan pendekatan yang memberdayakan peserta didik untuk aktif bertanya, menganalisis informasi dari berbagai perspektif, dan menghubungkan pembelajaran dengan realitas kehidupan serta kebutuhan faktual manusia.
Pendidikan emansipatoris mengajak masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap ekonomi, sosial, dan politik melalui pendidikan untuk mampu berbuat bersama dan berperan setara menyangkut masalah mutu, output, dan outcome pendidikan, bukan sebatas daya ekonomi semata. Pendidikan emansipatoris adalah pendidikan yang berbasis masyarakat.
Konsep, Prinsip, Visi Misi Pendidikan Emansipatori
Pendidikan emansipatori adalah pendidikan untuk membela, membebaskan masyarakat dari perbudakan, penindasan, diskriminasi, dan ketidak berdayaan, dan memperjuangkan pengakuan persamaan derajat, kedudukan, hak, dan kewajiban masyarakat dalam hukum melalui pendidikan.Â
Pendidikan emansipatori diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat, atau disebut pendidikan berbasis masyarakat (Eti Nurhayati).
Menurut perspektif pendidikan emansipatori, pendidikan tidak mungkin dan tidak bisa bersikap netral, obyektif, maupun berjarak dengan masyarakat (detachment) seperti anjuran aliran Positivisme. (Mansour Faqih), tetapi harus berpihak kepada masyarakat.