Tetes awan turun perlahan
Menyirami pijak yang kehausan
Nyiur hijau melambai kembali bersemi
Pancarkan kehidupan simfoni hati
Sang petani menuai padi
Sang nelayan berdandang ikan
Anak riang berhujan dihalaman.
Anugerah Illahi, rahmat penguasa
Memberi cinta pada bumi
Saat engkau menyelami daratan
Engkau mengamuk malapetaka
Jadi sasaran angkara murka
Tak perduli kami sedang berdoa
Memang kami manusia penuh dosa
Aku tak pernah beri jalan dirimu
Sisa perca ku umpan pada sungai
Jalan raya terbentang melintas
Hanya secuil dirimu dihimpitan jalan
Tanah subur kutimpa beton bercoran
Memang aku akui lalai terbuai
Alam terluka, seolah diri tak berdosa
Berkah pencipta dibuat bencana
Aku picik, aku munafik, aku egois
Tangisan pilu, duka nestapa tiada guna
Jawaban tak perlu kau tanya
Aku tahu aku salah
Aku berpikir sesat dan sesaat
Membuat maksiat pada kehidupan
Lupa diri pada daratan
Ya Tuhan, Sang Penguasa Hujan
Redakanlah kemarahan-Mu
Turunkanlah airmu perlahan
Anugerah-Mu makin besar kurasakan
Simfoni kehidupan berdendang
Menemani cintaku pada Mu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI