Mohon tunggu...
Irwan Thahir Manggala
Irwan Thahir Manggala Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Orang yang Sudah Mati Benar-benar Sudah di ALAM KUBUR . Semoga kita terhindar dari golongan orang yang SEMANGATNYA LAGI TERKUBUR.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenakalan Pelajar, Dari Iseng Menjadi Beringas

29 September 2012   14:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:29 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin lusa siswa dari SMA 6  dan SMA 70 yang terlibat tawuran akan kembali beraktifitas kembali. Upaya pengharmonisan kedua sekolah yang terlibat tawuran menjadi fokus perhatian. Terungkap kabar ada kekhawatiran balas dendam berdasarkan informasi yang beredar di jejaring sosial. Paket penyelesaian seperti rapat bersama semua stake holder terkait telah dilakukan. Masalah klasik ini sempat melibatkan Mentri Pendidikan Nasional.

[caption id="attachment_208740" align="aligncenter" width="300" caption="Upaya Pencegahan Dini Lebih Pas (Dok ITM) "][/caption] Saya sangat merespon upaya penyelesaian kasus tawuran harus dilakukan dengan duduk bersama. Harus dibentuk tim untuk menangani masalah tersebut. Pembentukan tim akan dapat melibatkan banyak pihak; sosiolog, guru, komite  sekolah, eksekutif, dan legislatif.   Kabar tawuran pelajar (Kompas, 29/9), Dinas Pendidikan DKI sedang berkonsentrasi untuk mencari penyelesaian masalah jangka pendek tawuran. Saat ini penyelenggara sekolah yang siswanya terlibat tawuran pelajar, kini berupaya menjaga situasi  belajar-mengajar kembali kondusif.(Lihat Kompas 29/9)halaman 1 " Tim akan memikirkan semua aspek dan mengambil keputusan komprehensif berkelanjutan. Kami ingin  mencari solusi terbaik dengan mengedepankan kepentingan anak-anak," ujar Taufik Yudi Mulyanto, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Menurut dia, semua pihak,  termasuk Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan , Pemprov DKI Jakarta, serta pengurus penyelenggara sekolah yang siswanya terlibat tawuran pelajar, kini berupaya menjaga situasi belajar-mengajar kembali kondusif. Tawuran berdarah dikalangan pelajar telah menelan korban nyawa, Alawy Yusianto Putra, siswa SMA 6 Jakarta yang dibacok FR, siswa SMA 70 Jakarta. Pihak kepolisian telah berhasil menangkap FR bersama saudara dan teman yang menyembunyikannya ke Jogyakarta. Demikian ungkap Kepala Bidang Humas Polda Metro jaya Komisaris Besar Rikwanto. [caption id="attachment_208741" align="aligncenter" width="300" caption="HP Bisa Jadi Sarana Pendukung Tawuran (Dok ITM) "]

13489201042122997584
13489201042122997584
[/caption] Berbekal pengalaman keseharian menjadi guru di tingkat dasar dan menengah, saya terpanggil untuk memberikan masukan dengan persoalan yang bisa dikategorikan gampang-gampang susah ini . Saya mengambil satu patokan yang banyak dilakukan di lingkungan sekolah, kalau ada siswa yang membuat masalah akan diselesaoikan terlebih dulu oleh wali kelas. Bila pelanggaran siswa berlebihan akan ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling(BK)  dan atau Urusan Kesiswaan. Namun bila siswa bermasalah di luar (antar- inter siswa), penyelesaiannya melibatkan orang tua siswa. Misalnya, perkelahian antar kelas, atau siswa membolos(berseragam) tidak masuk sekolah, kalau hal seperti inio terjadi, pastinya orang tua siswa tersebut dipanggil ke sekolah. Tingkatan "kenakalan" internal para siswa tetap masih banyak diselesaikan secara internal sekolah. Namun saya pun tidak memungkiri, entah dari sudut apa, ada kecenderungan daya persaingan " lirikan" negatif antar sekolah. Saya mempunyai pengalaman langsung pada saat ada siswa yang lain yang membolos di dekat sekolah saya, dari pihak guru di sekolah saya mengkhawatirkan kalau keberadaan siswa lain di dekat sekolah itu bisa jadi potensi negatif. Sesama guru sepakat kalau siswa sekaloh tersebut dilaporkan ke pihak sekolah asalnya. Alhamdulillah, setelah terjadi "kesalahpahaman" ini bisa membuat dua sekolah sudah saling berkoordinasi. Salah satu bentuk kesepakatan untuk menghindari agar siswa jangan sampai saling "beradu" adalah dengan cara masing-masing sekolah menyatakan diri kalau ada melihat, mendapatkan siswa di jalur mengkhawtirkam, kedua sekolah akan saling berkomunikasi dan menyelesaikannya secara bersama-sama. Dari peristiwa itu, hingga saat ini tidak ada lagi saya dan teman guru melihat para siswa sekolah lain berliaran dekat sekolah, atau sebaliknya. [caption id="attachment_208742" align="aligncenter" width="300" caption="Razia HP, Harus Bergaya Sidak (Dok ITM) "]
13489203891953258582
13489203891953258582
[/caption] Baru sepekan lalu (Jumat 21/9) saya sempat mengalami langsung riak "kenakalan" siswa. Saya mengantar anak wali saya, kelas VIII 10 yang  berjumlah hampir 40 orang. Baru saja saya sampai di lapangan merdeka untuk mengajak mereka mengikti gelar Semarak Arkeologi 2012, para siswa saya sudah melepas diri dari saya. Entah dari mana datangnya bola, hingga spontan saja mereka ingin bermain bola. Di bagian sudut lapangan ada beberapa siswa seusia SMP yang nongkrong di lapangan. Terjadi saling-pandang antar siswa saya dengan mereka. Saya khawatir dengan tingkah seperti itu. Secepat kilat saya menahan diri seraya berucap berharap agar dari para siswa saya tidak memancing perhatian kepada sekelompok anak usia sekolah lain itu. Kekahwatiran saya terjadi, disaat saya masih asyik menemani siswa untuk mengikuti hari akhir Semarak Arkeologi itu, tiba-tiba ada suara dari siswa saya yang menyatakan kalau anak siswa saya itu bakalai (tawuranb)dengan sekolah lain. Sempat suasana pameran sedikit terganggu dengan peristiwa itu. Saya turun lapangan menghadapi siswa saya, ternyata anak siswa saya ikut lari dengan sekolah lain. Saya pun memburu, hingga mendapat informasi alamat rumahnya. Saya bertemu dengan orang tuanya, menjelaskan duduk perkara. Saya pun berpesan untuk hal serupa tidak terulang lagi. Sebagai wali kelas , saya saling bertukar nomor hp dengan orang tua anak wali tersebut. [caption id="attachment_208743" align="aligncenter" width="300" caption="Efek Jera Harus Konsisten (Dok ITM) "]
1348920650718471427
1348920650718471427
[/caption] Pada Jumat kemarin 28/9pihak sekolah saya yang menangani  bagian kesiswaaan melakukan razia hp. Cukup banyak media trend komunikasi itu yang disita, ada 20-an buah. Padahal, sehari sebelumnya pihak sekolah  sudah mengingatkan untuk pelarangan membawa hp ke sekolah. Saya menyaksikan proses sweeping itu, selain hp juga disita barang-barang pengharum,kosmetik , alat mainan. Saya berharap kepada teman guru agar pelarangan membawa hp ke sekolah benar-benar menjadi aturan yang tidak "bermusim". Saya masih mengingat disaat anak saya di salah satu sekolah pernah kedapatan membawa hp di sekolahnya. Awalnya, saya mendapat informasi kalau bisa diambil kembali hp, hanya dengan syarat harus membayar denda. Belakangan ternyata berubah. HP anak saya itu tidak bisa lagi dikembalikan karena ada hasil rapat bersama guru(semua pihak sekolah) yang menyatakan kalau  siswa membawa hp di sekolah, hp nya tidak dapat dikembalikan lagi.  Awalnya saya sedikit kesal, belakangan saya sadar dan menghargai putusan sistem sekolah itu. Efek terjadinya tawuran pelajar jangan hanya dilihat dari sudut reaktif belaka. Perlu ada tindakan pro aktif dari semua pihak. Para orangtua siswa sebaiknya memiliki nomor hp anaknya. Semua anak juga seharusnya mempunyai nomor telpeon penting terdekat. Seperti halnya nomor panggilan darurat 911 di negara maju. Saya sangat menyayangkan peristiwa tawuran SMA 6 dan SMA 70 dapat terjadi, padahal dua lokasi ini kan berada di area terjangkau publik yang sangat ramai (pusat kota Jakarta). Dimanakah patroli mobil atau motor polisi yang diberikan dari uang rakyat sih, diaman peran kantor kejaksaan yang bersebelahan tembok dengan SMA 6. Dimana masyarakat Jakarta yang peduli. Kalau tawuran yang dilakukan siswa SMA 6 dan SMA 70, saya masih kategorikan kuat berlatar belakang sebagai ulah "kenakalan remaja".  Teman guru PPL Darussalam Ambon sempat menyetir dari media kalau terjadinya tawuran pelajar diakibatkan terlalu bertumpuknya tugas kepada siswa. Di lingkungan rumah(keluarga pun) tidak mendukung suasana sumpek yang dialami siswa.  Maraknya tawuran pelajar hingga menimbulkan korban menjadi pekerjaan rumah buat kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun