Mohon tunggu...
Wati Herawati
Wati Herawati Mohon Tunggu... Guru - Mengajar di SMP Negeri 37 Bandung. Aktif menulis di Majalah Pendidikan Kota Bandung (Majalah Geliat Gemilang), Menulis Kumpulan Puisi Guru SMP Bunga Bangsa, Menulis Novel Riak-riak Renjana, dan aktif menulis di media sosial lainnya.

Hobi jalan-jalan ke tempat yang indah bernuansa alam dan menulis apapun yang sedang terpikirkan saat itu. Bahkan pernah ada yang bilang sedang menulis cerpen padahal balas chat hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adilkah Penerapan PeduliLindungi di Mall

11 September 2021   09:06 Diperbarui: 11 September 2021   09:10 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang hampir di setiap Mall sudah menerapkan sistem barcode. Sistem barcode yang ada di aplikasi peduliLindungi. Seperti yang telah diketahui bahwa aplikasi peduliLindungi adalah aplikasi yang digunakan dalam pelaksanaan surveilans kesehatan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam menangani penyebaran COVID-19. Semua data yang sudah di vaksin ada di aplikasi ini. Mungkin bagi yang sudah di vaksin tidak jadi masalah. Bagaimana dengan yang belum di vaksin?

Tidak semua masyarakat Indonesia bisa di vaksin. Kalau alasannya memang tidak mau di vaksin itu salah sendiri. Sehingga tidak bisa masuk Mall.  Tapi, bagaimana jika alasannya karena sakit misalkan asma atau jantung sehingga belum bisa di vaksin karena vaksin khusus untuk komorbid masih terbatas? Sayangnya tidak ada pertimbangan untuk alasan apapun vaksin seperti sudah menjadi harga mati.

Sama seperti kejadian yang saya alami di salah satu Mall. Seorang ibu dengan wajah gembira ingin segera memasuki Mall. Sangat antusias karena mungkin Mall baru dibuka akhir-akhir ini. Namun, ketika memasuki pintu masuk Mall. Security Mall menahan karena harus memiliki aplikasi peduliLindungi. Kebahagiaan berubah menjadi kekecewaan.

Bagaimana tidak. Hari yang ditunggu-tunggu untuk berkunjung ke Mall musnah. Dia bersitegang dengan pihak security. Mengutarakan berbagai alasan mengapa tidak di vaksin. Namun pihak Mall tetap tidak mengijinkan masuk. Akhirnya dia menggerutu "Kalau tidak bisa di vaksin bagaimana? Saya juga ingin di vaksin tapi tidak boleh. Jauh-jauh sudah datang. Terus harus beli ke mana?"

Adalagi kejadian yang hampir bersamaan. Kali ini seorang bapak yang membawa anaknya ke Mall. Rencananya mau membeli sepatu untuk anaknya. Namun, anaknya tidak boleh masuk karena belum di vaksin. Sama seperti Ibu tadi Bapa itu bersitegang dan menggerutu "Buat apa bawa anak kalau tidak bisa masuk. Tujuan membawa anak agar bisa memilih dan mencoba sendiri."

Memang hampir di setiap Mall sudah menerapkan sistem barcode ketika datang dan pulang. Bagi sebagian orang mungkin sudah terbiasa membeli barang online. Tapi, untuk sebagian lainnya membeli barang online tidak sepuas membeli barang langsung. Terlebih jika membeli langsung bisa hiburan sambil jalan-jalan. Membeli online mereka ibaratkan membeli kucing dalam karung.

Ini dilema yang dihadapi saat ini. Di sisi lain memang perlu mematuhi protokol kesehatan. Di sisi lain orang sakit atau anak-anak juga perlu hiburan. Terlebih kaum hawa yang rata-rata mengobati stresnya dengan shopping. Jadi, diharapkan pemerintah segera menyediakan vaksin untuk komorbid yang bisa dinikmati masyarakat umum secepatnya. Atau ada solusi lain agar yang di vaksin atau tidak dapat bisa terlayani dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun