Mohon tunggu...
Wartini Sumarno
Wartini Sumarno Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Kopi

Penyuka film, anime, juga suka wisata sejarah sekaligus wisata religi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Haruskah Menikah?

24 Mei 2023   06:26 Diperbarui: 24 Mei 2023   07:18 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:https://id.pinterest.com/pin/775463629591431526/

Melihat beberapa kawan satu persatu sudah menemukan jodohnya, disamping ikut merasa senang juga terbersit rasa gelisah. Apakah saya juga akan menikah suatu hari nanti?

Tak munafik, kadang saya pun mengimajikan bagaimana rasanya mempunyai suami? apakah kelak dia akan menjadi pasangan hidup saya selamanya ketika di dunia? atau saya termasuk yang tidak beruntung seperti para artis yang akhir-akhir ini marak terjadi perceraian akibat perselingkuhan.

Oh naif rasanya jika saya hanya terpengaruh oleh berita artis, tapi kasus perselingkuhan itu relate sekali dengan kehidupan sekitar, bahkan di tempat kerja baik perusahaan maupun dinas sebagaimana cerita kawan saya. Sekarang selingkuh seakan bukan pelanggaran terhadap norma kesusilaan, bukan lagi sesuatu yang tabu. Tapi lumrah.

Tak dipungkiri, hidup dilingkungan masyarakat yang masih kental akan tradisi dan konservatif, ada semacam tuntutan bahwa saya harus menikah, kapanpun itu. Syukurlah keluarga saya bukan termasuk keluarga yang memaksakan bahwa usia 25 sama dengan "warning".

Bagi saya pribadi, menikah tak segampang saya "cinta kamu" dan "kamu cinta" saya maka menikah. Rasa skeptis saya terhadap kesetiaan laki-laki juga pernikahan kadang membuat saya bertanya-tanya "haruskah menikah?"

"Apakah menghabiskan sisa hidup sendirian begitu sulit?" ya saya yakin sebagai manusia yang level imannya tipis macam kita, kita takan sanggup seperti halnya para aulia dan sufi macam robiatul adawiyah, ibnu taimiyah, imam an-nawawi, husain bin ali ju'fi atau khodijah binti al imam abdussalam. Dimana mereka memilih tak menikah karena mengabdikan dirinya untuk ilmu, ibadah juga mencintai Tuhan.

Bagaimanapun saya fikir, mempunyai teman hidup masih lebih baik, tapi jika memang pernikahan tidak cocok untuk jenengan, tidak membawa kebaikan ya jangan dipaksakan. Itu sebab saya rasa kenapa dalam islam, hukum menikah sunnah dan bukannya wajib. Untuk memberi pilihan kepada kita.

Saya sadari, jika tujuan pernikahan yang kita cari adalah kebahagiaan yang hakiki, maka tidak akan pernah kita dapatkan. Karena pernikahan itu ibarat berlayar di samudera luas, pasti akan ada ombak, badai besar juga karang menghadang. Maka tak heran jika menikah menjadi ibadah seumur hidup.

Karena saya belum berumah tangga saya tidak tahu bagaimana konsep rumah tangga ideal, karena rasanya itu tergantung dari kerjasama kedua belah pihak untuk saling menopang dan mendukung.

Saya jadi teringat dengan tulisan mas wafa (alumni pesantren lirboyo kediri), katanya "Wanita memang seperti itu. Mereka jarang mau jujur. Sering tidak terbuka. Ingin dimengerti dengan kalimat yang tak pernah dikatakan. Tapi tak semua lelaki bisa mengerti bahasa diam. Mereka sering kali gagal, membaca ekspresi dan situasi. Lalu malapetaka besar, biasa muncul dari hal-hal kecil"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun