Percikan api beterbangan di malam hari. Menarik masyarakat sekitar untuk menghampiri. Dikira ada sebuah kebakaran malahan ada sebuah tradisi. Pantas saja orang-orang berkumpul melihat hal ini. Jadi, inilah sebuah tradisi Perang Obor yang ada di Desa Tegalsambi.
Tradisi Perang Obor dilakukan pada hari senin pahing malam selasa pon setiap bulan Dzulhijjah. Tempat yang digunakan berada di jalan desa setempat, jadi orang dari luar Tegalsambi bisa melihatnya. Tradisi ini dilakukan untuk menunjukkan rasa terima kasih dan memohon hasil bumi yang melimpah.
Tradisi Perang Obor itu unik karena bentuk obor yang digunakan berasal dari daun kelapa kering yang digulung dan diisi dengan daun pisang kering daripada bambu. Dalam tradisi Perang Obor, pemain menggunakan obor yang masih menyala untuk memukul lawannya. Meskipun terlihat berbahaya, para pemain tetap semangat untuk melakukan tradisi Perang Obor. Percikan kadang-kadang menyebabkan luka pada pemain dan penonton. Tidak ada pengobatan lain selain menggunakan ramuan yang sudah disiapkan yang dapat menyembuhkan luka yang disebabkan oleh percikan obor perang.
LEGENDA
Legenda Ki Gemblong dan Kiai Babadan adalah dasar dari Tradisi Perang Obor. Kiai Babadan mempercayai Ki Gemblong untuk menjaga ternaknya. Namun, pada suatu hari, Ki Gemblong terlena dengan ikan dan udang di sungai, sehingga ternaknya terlupakan dan sakit. Kiai Babadan akhirnya mengetahuinya Setelah itu, Kiai Babadan menggunakan obor yang terbuat dari pelepah kelapa untuk memukul Ki Gemblong, dan Ki Gemblong menggunakan obor yang sama untuk membela diri. Perkelahian itu menyebabkan percikan api mengenai tumpukan jerami di sebelah kandang. Jerami yang terbakar bahkan dapat menyembuhkan hewan ternak yang awalnya sakit. Dari peristiwa ini, masyarakat setempat percaya bahwa itu dapat menolak bala dan meningkatkan kesehatan. Ini menandai awal Perang Obor tahunan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI