Anak-anak panik, histeris, aku berusaha menenangkan mereka, walupun rasa dihati juga sudah campur aduk antara takut, cemas dan gelisah, tak hentinya aku berdoa dalam dan memohon perlindungan Allah agar semuanya bisa berlalu dengan cepat.
 Aku yakin dan percaya paksu bisa mengatasi semuanya, atas ijin Allah.
"Ayaaahh, kita pulannnnnng" terdengar tangis histeri dari Si Kakak, kelihatan sangat ketakutan dengan kondisi saat itu.
Bungsu juga mulai ketakutan, terlihat raut wajahnya pucat pasi, biasanya ia berani, kuat, dan tenang ketika dalam masalah dibanding sang kakak.Â
Ditengah gelombang air laut yang tinggi, dan semakin tidak terkendali, hampir menutupi body kapal saat itu.
Si bungsu bergerak menghampiriku, sambil berteriak
"Ibuuuu, Iman, takuuuut, ayooo kita pulang," ucapnya dengan nada cemas,Â
"Ga papa, Nak,"
aku berusah memenangkan dirinya, walupun dihati juga sangat ketakutan.
Allah maha kuasa pemilik langit dan bumi, masalah bisa kami lalui. Paksu dengan cekatan membenahi semuanya dengan cepat, Alhamdulillah mesin mulai berfungsi dan kembali bunyi dengan suara khas yang bising.
Kami melanjutkan perjalan, menuju kapal LCT PERMATA A9 menyelesaikan jarak tempuh, yang tinggal berapa ratus meter lagi untuk sampai kesana.