Dari seseorang yang sudah engkau anggap sebagai adik sekaligus teman dan juga sahabat karibmu di dalam suka dukamu, hingga nyaris tak lagi ada rahasia di antara kalian berdua. Aku tau bahwa Lelaki brengsek itu bukanlah Lelaki yang baik untukmu. Sebab setelah sekian lamanya berjalan menyusuri waktu, ternyata Lelaki brengsek itu tidak pernah benar-benar mampu untuk membuatmu mengenali siapa dirinya yang sesungguhnya kepadamu.
Â
Dan darinya aku tau jika selama ini engkau telah berusaha untuk tetap membuat Lelaki brengsek itu tetap ada, di antara ketiadaannya di sisimu.
Ia yang telah Engkau anggap sebagai adik, sahabat juga tempatmu berbagi rasa itu telah menceritakan semuanya kepadaku, tentang gundah kelananya saat mengenang ketiadaan Lelaki brengsek itu di dekatmu. Semua cerita yang membuatku hanya mampu tersenyum sambil kembali menatap cermin di depanku.
Â
Dan semua cerita tentang Lelaki brengsek dan Wanita berhati mulia itu telah membuatku kembali sejenak menengadahkan wajahku ke 'Wajah' Tuhanku.
Setelah sejenak menatap  wajah-Nya, kuyakinkan diriku untuk tetap menatap seraut wajah milik Lelaki brengsek itu. Seraut wajah yang tengah menatapku sambil tersenyum dari dalam cermin yang ada di depanku.
Setelah semua yang telah engkau ceritakannya, bolehkah aku bercerita tentang Lelaki brengsek itu dari sudut pandangku?
Apa yang engkau tau tentang Lelaki brengsek itu?Â
Dan apakah engkau tau, bahwa aku begitu mengenal Lelaki yang di matamu begitu brengsek itu bahkan dari semua orang-orang yang mengenalnya selainmu?