Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Bercerai Itu Tabu? (Bagian Satu)

9 September 2020   09:45 Diperbarui: 9 September 2020   09:52 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lifestyle.okezone.com

Bagian satu
Saat ini sedang marak tentang perceraian, saya yakin, tidak ada orang yang menginginkan kegagalan di dalam berumah tangga dan yang pasti, perceraian itu tidak pernah ada yang direncanakan sebelumnya.

Sebab, ketika dua insan sudah sepakat untuk mengikat janji hidup bersama dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, pasti ingin bersatu selamanya dengan pasangan hidupnya.

Bicara tentang kasus perceraian, menurut data-data yang saya baca di berbagai media, memang kasus perceraian ini melonjak tinggi. Membaca data-data kasus perceraian saya jadi teringat dengan teman saya.

Saat itu entah kenapa, tiba-tiba saja teman lama saya itu menghubungi saya hingga akhirnya  kami sepakat untuk bertemu di salah satu tempat makan yang dulu sering kami kunjungi pada masa-masa kuliah.

Setelah makan siang sambil bercerita mengenang tentang masa-masa kuliah dulu, saat menyeruput Jus Mangga yang memang menjadi minuman favorit saya sedari dulu, saat itu saya hampir terlonjak dari tempat duduk yang saya duduki, saat teman saya itu mengatakan bahwa dia ingin bercerai dengan suaminya.

Seperti tidak percaya, saya tatap kedua bola mata wanita berusia 44 tahun yang wajahnya terlihat begitu lelah itu.

Fani namanya. Wanita cantik berkacamata yang terlihat begitu anggun itu hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum getir membalas tatapan saya yang masih seperti orang tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir-nya.

Sambil melirik jam tangan di pergelangan tangan kiri, saya mencoba untuk memahaminya, bahwa Fani yang ada di hadapan saya saat ini, bukanlah Fani yang saya kenal dulu.

Fani yang saya kenal dulu adalah seorang gadis periang yang begitu aktif mengikuti berbagai kegiatan di Kampus,  bahkan saat itu saya sendiri hampir- tidak mampu untuk mengikuti kegiatan Fani. Saya dan Fani sudah bersahabat ketika masih mengenakan seragam putih abu-abu dulu.

Saat Fani mulai bercerita tentang masalah keluarganya, jujur saja saya kaget dan hampir tidak percaya dengan ucapannya, di mata saya dan orang-orang yang mengenalnya, hubungan Fani dengan suaminya itu terlihat baik-baik saja. Hal itu bisa di lihat dari foto-fotonya di Medsos yang terlihat begitu bahagia dengan pasangannya.

"Jika  selama ini kami terlihat adem ayem dan terlihat bahagia di hadapan semua orang. Itu tak lebih aku lakukan demi untuk menjaga nama baik keluarga semata."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun