Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Si Belah Mencari Tuhan [Bagian Satu]

10 Agustus 2020   22:08 Diperbarui: 19 Agustus 2020   03:09 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bagian Satu

*****

Pada suatu hari yang cerah, di bawah langit yang membiru dan terlihat indah, disalah satu Warung Kopi yang terletak di Pengkolan dan terkenal paling ramai dari Warung Kopi lainnya. Tanpa mengucapkan salam, siang itu Jabrik langsung masuk ke dalam Warung Kopi yang terlihat sepi.

Di dalam Warung Kopi, saat ini hanya ada barisan Meja dan Kursi yang tertata rapi serta seorang Perempuan muda bertubuh indah yang sedap di pandang mata. Hemm, sepertinya Perempuan muda ini adalah Pelayan di Warung Kopi ini. Pikir Jabrik sambil senyum-senyum sendiri saat membalas tatapan Perempuan cantik berparas ayu ini.

Jabrik terus berjalan memasuki Warung Kopi, menuju ke salah satu Meja yang menurutnya adalah tempat yang paling strategis di dalam Warung Kopi ini, untuk melihat keindahan makhluk ciptaan Tuhan yang sepertinya pernah Ia temui di suatu tempat, tapi bukan di Masa kini.

Sambil tersenyum kepada Perempuan cantik yang sepertinya masih berusia 30 tahun ini, Jabrik menarik kursi, lalu mendudukinya sambil mengingat-ingat dimana rasa nya Ia pernah bertemu dengan perempuan ini.

"Mau pesan apa, Mas?" tanya Perempuan muda yang memiliki penampilan rambut model polwan dengan potongan bob yang memberi kesan rapi, sopan, sekaligus bersahaja tapi memiliki senyuman begitu menawan ini.

Perempuan muda tampak ramah itu menyapa Jabrik sambil menyodorkan daftar Menu Makanan dan Minuman yang tersedia di Warung Kopi ini.

"Pesan Kopi Sanger, ada?" tanya Jabrik sambil tersenyum ke arah Perempuan muda yang terlihat begitu menggoda itu.

Kopi Sanger pada awalnya berasal dari kata Sanggeng, yang dalam bahasa Aceh berarti bodoh. Disebut bodoh karena kopi pesanan ini tidak jelas bentuknya, bukan kopi dan bukan pula kopi susu. 

Istilah Sanggeng bergeser menjadi sanger dan menjadi populer di kalangan mahasiswa pada era tahun 90-an. Di mana sanger diartikan menjadi “sama–sama ngerti” dengan maksud kopi susu yang di-pesan tidak terlalu banyak susunya atau pun kopinya, sehingga harganya juga lebih miring dari kopi susu asli.

Sanger merupakan campuran kopi hitam, susu kental manis dan gula. Secara fisik, sanger memang mirip kopi susu atau coffee latte. Tak semua para pembuat minuman kopi bisa membuat sanger. Karena untuk membuat sanger takaran kopi, susu kental dan gula harus pas. Setelah kopi diseduh dengan saringan dari kain yang bentuknya kerucut, lalu ditambah dengan susu kental plus sedikit gula dan dikocok sampai berbuih. Meski sudah bercampur dengan susu, aroma kopi tetap mendominasi. Itulah yang menyebabkan sanger bukan kopi susu biasa.  

 

Setelah mencatat menu yang dipesan oleh Jabrik. Perempuan muda bertubuh ideal dan semampai yang memiliki tinggi badan sekitar 165 cm lebih itu berjalan meninggalkan Jabrik, yang sedari pertama kali melihatnya itu kedua mata Jabrik sepertinya begitu enggan beralih dari dada yang begitu membusung dan terlihat begitu menggoda, milik Perempuan muda yang saat ini tengah mengenakan kemeja lengan panjang motif kotak-kotak berwarna biru tua, dipadu dengan setelan Blue Jeans ketat itu.

Tak perlu menunggu lama, Perempuan muda yang memiliki rambut indah sebahu itu kembali menghampirinya sambil membawakan Secangkir Kopi pesanannya tadi.

"Dari mana, Mas?" tanya Perempuan muda yang memiliki senyuman begitu menawan di mata Jabrik itu sambil meletakan Secangkir Kopi Sanger di atas Meja.

"Mau tau aja, apa mau tau buanget?" balas Jabrik menggoda Perempuan cantik di depannya itu sambil menghirup uap Kopi Susu di atas Meja.

Perempuan muda yang memiliki penampilan rambut model polwan memiliki senyuman begitu menawan ini cuma tersenyum sendiri saat melihat kelakuan Jabrik yang menghirup aroma kopi di depannya. Tingkah Lelaki  muda yang memakai jaket bomber warna hitam untuk menutup kaos polos warna abu-abu di dalamnya, dipadu dengan celana Jeans yang juga berwarna hitam serta mengenakan sepatu sneakers putih sebagai alas kakinya itu terlihat menyempurnakan tampilan Lelaki berambut sedikit ikal tapi memiliki nama panggilan “Jabrik” ini.

"Hemm, cerita donk..," kata Perempuan cantik bertubuh indah itu tersenyum ramah kepada pelanggan barunya.

Mendapat senyuman ramah dan sedikit manja dari Perempuan cantik di depannya, Jabrik seperti Ayam jantan melihat Ayam betina yang siap untuk di “buahi” nya.

"Mau diceritain apa? Cerita tentang Si Tince, janda bahenol mantan istri mendiang Ujeng yang suka mengenakan pakaian serba hitam setelah kematian mendiang suaminya itu apa cerita tentang Si Mamat, Ustad yang dulu terkenal di Desa nya karena sebagian isi ceramahnya itu sangat menyentuh perasaan kaum Hawa tapi yang sekarang malah di tinggal pergi oleh para jemaahnya yang sebagian besar adalah kaum Hawa karena ternyata Ustad panutan mereka selama ini tidak bisa menjadi contoh Imam yang baik buat mereka. Si Mamat ketahuan belangnya, setelah gossip yang dulu sempat menerpanya itu, akhirnya terbongkar ke kalangan jemaahnya saat mantan istrinya itu unggah di akun Media sosialnya sebab kenapa Ia menggugat cerai mantan suaminya. Dalam unggahan akun facebook milik mantan istri Si Mamad para jemaahnya bisa melihat ternyata mantan istrinya itu menggugat cerai Usdad idola mereka karena istri Si Mamad tidak terima melihat kelakuan mantan suaminya itu yang berselingkuh dengan salah satu Jemaah pengajiannya sendiri,"

"Itu sih cuma gosip recehan Abad ini, ceritain yang lain donk, Mas. Cerita yang lebih berbobot dan tidak murahan serta tidak menyinggung perasaan kaum Hawa seperti dua cerita tadi," kata Perempuan muda itu sambil tersenyum kepada lawan bicaranya.

"Cerita tentang Si Belah mau?" tanya Jabrik sambil menelan air ludahnya sendiri saat melihat dada Perempuan muda yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru tua yang terlihat begitu membusung di depannya.

"Si Belah itu nama orang?" tanya Perempuan berambut sebahu ini yang secara reflek langsung memeriksa kancing-kancing  baju di dadanya. Perempuan itu merasa jengah dengan tatapan lelaki di depannya itu.

Perempuan cantik yang memiliki model rambut ala polwan untuk memberikan kesan rapi, sopan, sekaligus bersahaja, kepada para pelanggan yang mengunjungi Warung Kopi nya ini kuatir Jabrik melihat belahan dadanya dari balik kancing-kancing bajunya yang mungkin tanpa sengaja ada yang  terbuka dengan sendirinya, karena tidak sanggup menyembunyikan payudara miliknya yang memiliki ukuran 36 B.

"Bukan, lebih tepatnya sebutan. Ngomong-ngomong nama Mbak Siapa?" tanya Jabrik sambil mengulurkan telapak tangan kanannya, mengajak Perempuan muda yang memiliki payudara indah yang tengah duduk di depannya itu bersalaman.

"Oo, kayak nama Ikan, hihihi.. namaku Nengsih tapi biasa dipanggil Oneng, Mas."

"Oo, Aku Jabrik," jawab Jabrik, sambil menjabat erat tangan Oneng.

"Nama orang kok Jabrik? Kaya nama Ayam  jago tetanggaku di kampung Hihihi..." kata Oneng sambil tertawa saat melihat rambut Lelaki di depannya ini sedikit ikal bergelombang tapi memiliki nama panggilan “Jabrik”, sangat tidak sesuai tampilan dengan nama panggilannya. Biasanya laki-laki di panggil "Jabrik" itu kalau rambutnya agak gondrong dan acak-acakan, kaya  "Si Jabrik" ayam jago di kampungnya itu, yang bulu-bulunya tidak seperti ayam jago pada umumnya.

Dan seperti dugaan Oneng sebelumnya, ternyata apa yang Ia pikirkan tentang Lelaki muda di depannya ini menjadi nyata. Ketika Oneng hendak menarik tangannya dari genggaman tangan Lelaki di depannya ini, Ia merasa sedikit kesulitan untuk melepaskan genggaman tangan orang yang baru saja dikenalnya ini. Jabrik sepertinya enggan untuk melepaskan genggamannya di jemari Perempuan muda ini. Semakin ditarik tangannya untuk lepas dari genggamannya, Jabrik semakin kencang memegang tangannya.

"Ada banyak versi tentang kisah Si Belah ini di berbagai belahan dunia lainnya," kata Jabrik, sambil membolak-balik jemari tangan Oneng yang terlihat putih mulus dan terasa begitu halus di telapak tangannya.

Oneng berusaha menarik-narik telapak tanganya, tapi Jabrik tetap cuek dan seperti pura-pura tidak mengetahui lawan bicaranya yang sedari tadi terus berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya.

"Iya, anu...," kata Si Oneng sambil terus berusaha melepaskan genggaman tangan Jabrik ke telapak tangannya.

"Si Belah terus berjalan, mencari Tuhan, dengan satu tujuan, untuk meminta keadilan kepada Tuhan." kata Jabrik kembali meneruskan ceritanya sambil tersenyum manis ke arah Oneng yang terlihat semakin salah tingkah dengan kelakuannya.

Jabrik pura-pura tidak mengetahui reaksi  lawan bicaranya yang sedari tadi masih terus berusaha melepaskan geggaman tangannya.

"Kenapa Si Belah mencari Tuhan dan hendak meminta keadilan? Apa karena Si belah merasa telah diperlakukan tidak sopan oleh orang yang baru dikenalnya? Atau merasa Si Belah merasa telah diperlakukan tidak adil oleh Satpol PP yang telah menangkapnya karena Ia tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk tetap "MENJAGA JARAK" di masa New Normal? Ehemm, JAGA JARAK MAS, JAGA JARAK!" kata Oneng dengan sedikit menekankan nada sambil terus berusaha menarik tangannya. Berharap ada pengertian dari lawan bicaranya ini agar segera mau melepaskan jabatan tangannya.

"Bukan, Si Belah mencari Tuhan karena Ia merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Sebab Si Belah ini merasa Tuhan menciptakannya tidak sesempurna makluk ciptaan Tuhan lainnya. Si Belah hanya memiliki satu tangan serta satu kaki saja, tidak lengkap seperti manusia pada umumnya. Mungkin ketika Tuhan belum sempat menyelesaikan penciptaannya, Si Belah ini udah keburu "Mbrojol" ke dunia," kata Jabrik sambil cengengesan di depan Perempuan muda di depannya yang sepertinya sudah mulai putus asa dengan usahanya untuk melepaskan jemarinya yang masih terus di genggam erat oleh lawan bicaranya.

"Tubuhnya hanya sebelah?" tanya Oneng lagi sambil terus  berusaha melepaskan genggaman Jabrik di jemarinya.

"Iya." kata Jabrik sambil melepaskan genggaman tangannya di jemari Perempuan muda di depannya..

"Terima kasih!" kata Oneng saat melihat Jabrik sudah melepaskan genggaman tangannya.

"Eh buat apa ngucapin terima kasih? Kan aku belum ada rencana untuk pergi dan juga belum membayar minumannya," tanya Jabrik sambil melihat ke arah Kopi di dalam Cangkir yang baru sedikit diminumnya.

"Untuk jabat tanganya, Mas!" jawab Oneng, mangkel.


Selanjutnya >> Bagian Dua

Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani Dinni. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga tayang di Secangkirkopibersama.com

Bahan bacaan : 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun