Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Parodi] Bangunkan Aku Esok Hari

10 Juli 2020   00:01 Diperbarui: 9 Juli 2020   23:50 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja Doni  pergi meninggalkanku. Handphone-ku berdering, dan setelah kuangkat, ternyata itu berasal dari Tante Dewi, orang tua Doni, temanku yang barusan keluar lewat pintu depan rumahku.

Dari seberang Telepon, kudengar suara Tante Dewi menangis sesegukan, sambil menceritakan bahwa anaknya, Doni baru saja di kebumikan. Menurut Tante Dewi; dari malam tadi Ia berusaha menghubungiku karena Doni  kecelakaan sore kemarin. Tapi katanya Handphone-ku mati dan baru bisa dihubungi siang ini.

Karena tidak percaya dengan apa yang aku dengar barusan, segera kukejar Doni ke halaman depan rumah dan memang saat aku tidak melihat ada siapapun disitu. Pintu pagar rumahku masih terkunci rapat, persis seperti pagi tadi saat aku membukakan pintu pagar buat Doni yang datang mengunjungiku.

Jadi? Siapa yang baru saja pamit pulang kepadaku sebelum Tante Dewi menelponku?

Mataku serasa berkunang-kunang menerima kenyataan bahwa sahabat karibku itu ternyata saat ini telah pergi mendahuluiku. Dan belum hilang rasa kaget dan kesedihanku tiba-tiba saja  telingaku mendengarkan ada suara yang bergemuruh di atas langit sana.

Di antara birunya langit kulihat ada asap tebal yang bergerak dan tengah meluncur  ke arah ku. Masih tidak percaya dengan penglihatan kedua mataku,  Ku- usap-usap kedua mataku dengan tangan kananku sambil terus menatap ke arah Pesawat terbang yang tengah meluncur deras ke arah perumahanku.

Dan

Tanpa berpikir panjang lagi  segera kulompati pagar Rumahku dan terus berlari menyelamatkan diri. Dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki  Aku terus berlari sejauh mungkin meninggalkan, Komplek Perumahanku.

Aku terus berlari tanpa berani melihat ke arah belakangku.

Boom!

Suara keras membahana itu terdengar jelas di telingaku. Aku berhenti dan melihat kearah suara keras dibelakangku itu. Di antara kepulan asap yang membumbung tinggi di angkasa. Pesawat yang tadi kulihat terbakar ekor nya itu telah menghancurkan beberapa rumah di Komplek Perumahanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun