Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Sugali dan Pengeras Suara Mesjid

3 Maret 2020   04:40 Diperbarui: 3 Maret 2020   04:47 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.clipartmax.com/

****

Dikutip dari Liputan6.com. Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla kembali mengkritik sebagian besar sistem pengeras suara di masjid Indonesia yang kurang bagus, sehingga tidak enak didengarkan. Pria yang karib disapa JK berencana membenahi pengeras suara 1.500 masjid se-Indonesia tiap tahunnya.

"Kalau pengeras suara di masjid ini sudah relatif bagus, namun tetap harus diperbaiki. Sedangkan di masjid-masjid lain masih cukup banyak sistem pengeras suaranya justru membuat telinga sakit dan suara yang keluar tidak bisa didengar," kata JK saat peresmian Masjid Hasanudin Mandjedi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat ( 21/6/2013)

Membaca salah satu berita di media ini aku jadi teringat dengan cerita temanku tentang temannya dulu. Kita sebut saja namanya adalah Sugali (bukan nama sebenarnya). sehari-hari biasa di panggil "Gali" oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya. Tidak banyak yang tahu tentang riwayat hidup Sugali, namun yang aku tahu, saat ini dia begitu terkenal di kampung halamannya.

Gali tidak memiliki pekerjaan yang tetap, terkadang dia menjadi kenek sopir angkut buah Sawit, terkadang menjadi buruh bangunan. Menurut Budi, "Gali bukanlah tipikal orang yang sabar dan ulet di dalam menekuni suatu bidang pekerjaan, dia cepat bosan."

 Masih menurut Budi, Gali adalah teman seprofesinya dari semenjak dia masih sama-sama menjadi 'kenek' buruh bangunan. Saat ini dirinya sudah lama tidak pernah bertemu dengan Sugali, tepatnya semenjak kejadian yang membuat Sugali begitu terkenal di kampung halamannya itu.

 Terakhir bertemu, dia tahu kalau Sugali lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain judi dengan teman-teman barunya, sesama anggota bongkar muat buah Sawit dan juga sopir-sopir lintas di warung kopi mbak Jum. Janda beranak dua yang memiliki rambut ikal sebahu dan memiliki (maaf) bokong yang terkenal aduhai itu.

 Seperti biasa, Gali dan teman-temannya itu duduk sambil bermain kartu di dalam warung kopi mbak Jum. Kalau sedang berjalan ia melenggak - lenggok sambil mengantarkan pesanan kopi pelanggannya,  membuat para lelaki yang sedang asyik bermain kartu di dalam warung kopi miliknya itu terdiam sesaat, menarik nafas sambil menelan air ludahnya sendiri, terutama saat melihat goyangan pinggul mbak Jum yang terkenal 'bohay'.

 Dan malam itu sepertinya Dewi fortuna sedang enggan dekat-dekat dengan Sugali. Terbukti. Sudah berapa kali putaran main judi, kartu di tangannya tidak pernah ada yang bagus, dari pertama kali main kartu dia kalah terus. Masih berharap uang miliknya yang sudah berpindah ketangan teman-temannya itu kembali lagi ke tangannya, dengan sedikit memaksa dia meminjam uang pada teman sepermainan judinya, agar dia bisa ikut main sekali putaran saja. 

Teman-temanya kala itu cuma tertawa sinis sambil berkata, "Kalau sudah di takdirkan kalah ya kalah saja." Hingga akhirnya Robi terpaksa meminjamkan uang kepada Sugali,  karena dia terus mendesak dirinya. 

Sambil bersungut-sungut, Robi akhirnya bersedia memberi Gali 'modal' untuk bermain satu putaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun