Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[AdS] Dosa Terakhir

29 Mei 2019   03:00 Diperbarui: 29 Mei 2019   04:26 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

<< Sebelumnya 

****

"Baiklah.. Aku berjanji tidak akan pergi meninggalkanmu setelah mendengarkan semua ceritamu itu nanti. Sekarang ceritakanlah,"  kataku pelan, setengah berbisik di telinga wanita paruh baya berusia sekitar 43 tahun ini sambil kembali mengusap kepala wanita cantik berkulit kuning langsat yang saat ini tengah memeluk dan membenamkan seluruh wajahnya itu di dadaku.

"Mas hanya padamu aku bertutur, menceritakan semua rahasia hidupku padamu. Aku percaya mas akan menyimpan rapat rahasia ini. Aku begitu percaya padamu, bahkan suamiku sendiri tidak mengetahuinya." Wanita cantik berkulit kuning langsat itu kembali terisak, terlihat begitu rapuh dan pasrah. Aku usap lembut kepalanya ku kecup pelan ubun-ubunnya. Aku seperti bisa merasakan kepedihan yang begitu mendalam di situ.

****

Baca juga: [AdS] Bidadari Kesunyian

"Aku ingin melakukan dosa dengan Mas malam ini. Dan aku berharap, semoga ini adalah dosa  terakhir kalinya yang aku lakukan setelah malam ini. Semoga saja ini bisa memutuskan mata rantai dari semua dosa-dosa masa laluku itu." Katanya lagi sambil menatap mataku, nafasnya sedikit memburu.

"Aku.." kata-kataku terhenti sejenak. Menelan air ludahku sendiri. Saat ini mataku melirik ke arah jemari tanganku yang sedari tadi di genggam oleh wanita cantik berkulit kuning langsat itu tiba-tiba saja di bawa masuk kebalik rok kain batik panjang yang di kenakannya itu.

"Tidurlah. Sudah hampir pagi." Kataku pelan, sambil berusaha menarik tanganku yang tadi sempat menyentuh sesuatu yang begitu lembut dan kenyal, namun terasa begitu hangat di balik rok kain batik panjangnya itu.

Wanita berkulit kuning langsat yang mengenakan kerudung berwarna merah marun itu menatapku, matanya berkaca-kaca. Kutangkap ada rasa kecewa dari sorot matanya, ketika dengan halus aku berusaha menarik tanganku  keluar dari dalam rok kain batik panjangnya itu.

"Mas tidak mau melakukannya karena mas merasa jijik denganku, setelah tahu aku ini hanyalah seorang pelacur kan?" nada suaranya sedikit meninggi, ada nada kecewa di situ. Tiba-tiba wanita cantik berkulit kuning langsat itu berdiri dari tempat duduknya. Bahunya terguncang-guncang menahan suara tangisnya sendiri.

 "Aku tidak pernah menganggapmu seorang pelacur! Dan aku tidak pernah memandang rendah seseorang, apalagi menilai seseorang dari penampilan luarnya. Sebab aku percaya, bahwa semua yang sudah dan akan terjadi di dunia ini,  semua adalah atas izin dan kehendakNya. Bahkan sehelai daun yang gugur, lalu jatuh ke muka ke bumi ini pun sudah pasti terjadi atas izin-NYa. Dan aku percaya, jika Tuhan tidak menghendaki, mustahil itu semua bisa terjadi," kataku sambil menangkap tangan wanita cantik berkulit kuning langsat yang hendak pergi meninggalkanku karena tersulut oleh emosi itu.

Jujur saja aku sedikit bingung dengan perubahan sikapnya itu, tadi dia bicara begitu pasrah, seolah siap menerima apapun keputusanku setelah mendengarkan semua ceritanya itu. Tapi entah kenapa tiba-tiba saja dalam sekejap mata dia bisa berubah seperti itu.

"Bukan aku tidak mau melakukannya denganmu, apalagi merasa jijik terhadapmu. Hanya saja saat ini aku tidak mau menambah dosa-dosamu itu lebih banyak lagi dengan kembali men-zinahi-mu malam ini." kataku lagi sambil berusaha menenangkannya. Berusaha menghibur luka hatinya yang merasa begitu terhina sekali saat ini. Sekian lama dia mengenal pria, biasanya mereka yang selalu mengajaknya  bersetubuh. Tapi lelaki ini?

"Itu kan hanya alasan mas saja! sebenarnya mas merasa jijik denganku kan?" todongnya lagi sambil menatap tajam ke arah bola mataku, nada suaranya terdengar begitu kecewa terhadapku.

Ku masukan ujung jari tanganku yang tadi sempat di genggamnya itu kedalam mulutku. Sambil mencium ujung jariku yang tadi sempat menyentuh benda kenyal dan terasa begitu hangat itu kutatap kedua bola matanya,"Aku menyukai aroma dan rasanya! Hanya saja, jika aku tidak ingin melakukannya malam ini, bukan berarti aku tidak ingin melakukannya denganmu nanti." Kataku sambil kembali memasukan ujung jariku itu kedalam mulutku sendiri setelah menciumnya sekali lagi. Berusaha meyakinkan-nya bahwa jika aku tidak mau melakukannya saat ini bukan karena aku merasa jijik setelah mendengarkan pengakuan dosa-nya tadi.

Wanita berkulit kuning langsat itu tersenyum  sambil menatap kedua bola mataku. Wajahnya memerah. Ajaib sekali wanita ini! pikirku. Setelah tadi kulihat dia begitu pasrah setelah menceritakan semua kisah masa lalunya itu, sempat marah karena merasa aku menolaknya, saat ini kulihat dia sudah berubah lagi seperti sedia kala. Melihat sifatnya yang suka berubah-ubah itu aku jadi bingung sendiri terhadap wanita cantik yang saat ini tengah berdiri di depanku ini.

Tiba-tiba saja dia bergerak mendekat ke arahku, lalu bergerak cepat menghampiriku. Sambil memeluk erat tubuhku, dia melumat bibirku penuh nafsu. Kubalas lumatan bibirnya itu.

Cukup lama kami berpelukan di lobi hotel tempatku menginap malam ini, dan ini adalah pertemuanku yang kedua kali setelah sekian lama kami berhubungan melalui pesan singkat itu. Untuk lima hari ke depan, kebetulan aku sedang ada kegiatan di kota tempat tinggal wanita cantik berusia 43 tahun yang saat ini mengenakan kerudung berwarna merah marun dengan setelan kain rok batik dengan warna dasar merah marun itu.

"Jadi mas mau melakukannya denganku?" tanyanya lagi. Masih dengan nafas sedikit memburu perlahan dia melepaskan lumatannya ke bibirku.

"Iya, tapi dengan satu syarat! Dan itu pun harus atas persetujuan dari suami sah-mu itu terlebih dahulu." Jawabku sambil tersenyum menatap kedua bola matanya.

"Apa syaratnya mas?" katanya lagi, sambil membalas senyumanku.

"Penikahan!" Jawabku pelan, sambil menatap lurus kedua bola mata bidadari kesunyian itu.

"Apa?" tanyanya, sedikit kaget dan masih bingung dengan ucapanku barusan.

"Aku tidak ingin terbawa oleh permainan setan yang telah lama menguasai tubuhmu itu. Dan satu-satunya jalan untuk memutuskan mata rantai dari lingkaran setan yang telah di buat oleh dukun itu adalah dengan cara menikahimu," kataku lagi sambil menatap bola mata wanita cantik yang saat ini kulihat kembali berkaca-kaca itu.

"Kenapa mas mau menikahi wanita rusak sepertiku? Aku bukan wanita baik-baik mas! Aku tidak meminta mas menikahiku. Dan aku iklas melakukannya malam ini atau nanti  denganmu mas!"

"Saat ini aku tahu kamu masih terikat oleh perjanjian ghaib yang dilakukan oleh dukun dan mahluk-makluk yang saat ini ada di dalam tubuhmu itu. Dulu, tanpa sepengetahuanmu. Ketika kamu dan suamimu itu bersedia untuk menjalani ritual yang di lakukan oleh dukun yang katanya untuk membersihkan tubuhmu dari pengaruh ilmu guna-guna mantan pacarmu itu. Sebenarnya saat itu kamu dan suami mu tanpa sepengetahuan kalian berdua tengah menyanggupi; bahwa mahkluk-mahkluk yang saat ini mendiami tubuhmu itu akan menjadi pendamping hidup dan juga akan menempati tubuhmu itu sebagai tempat kediaman mereka selama di dunia ini.

Dan seperti yang kulihat beberapa waktu yang lalu. Betapa isi rumahmu itu saat ini begitu penuh dan ramai sekali dengan mereka-mereka yang saat ini masih mendiami tubuhmu itu. Dan jika hatimu itu aku ibaratkan sebuah kamar utama, kamar utama yang seharusnya menjadi kamar tidur bagi dirimu yang sejati. Maka yang kulihat saat ini, bahkan dirimu yang sejati itu pun saat ini kulihat sudah ter usir dari dalam kamar utama itu.

Dan jika dirimu itu kita ibaratkan sebuah rumah, maka makluk-mahkluk itu bukan saja cuma mengisi kamar utama itu, tapi mereka juga sudah mengisi semua kamar-kamar yang ada di dalam rumah itu.

Dan menurutku, satu-satunya cara untuk mengobatimu adalah dengan cara mengeluarkan mereka semua dari dalam rumah itu satu persatu. Rumah yang sudah sekian lama menjadi tempat tinggal yang begitu nyaman buat mereka itu. Dan sekarang, aku ingin bertanya padamu.

Senja, bersediakah engkau menikah denganku?"


-Bersambung-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun