Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[AdS] Bidadari yang Terluka

25 April 2019   21:36 Diperbarui: 27 April 2019   08:52 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika masa diklat untuk menjadi menjadi seorang Pegawai Negeri. Api dalam sekam itu telah berhasil membakar hati dan pikiranku.

Di dalam kamar penginapan lelaki yang terlihat begitu sopan di depan peserta diklat. Saat itu aku betul-betul telah menjadi seorang pelacur di depannya. Saat itu, sambil mengingat ucapan kata pelacur dari suamiku itu, aku turuti semua kemauan pembimbingku itu untuk melakukan Seks oral di dalam kamar tidurnya. 

Di saat calon-calon Pegawai Negeri yang lainnya sedang melakukan kegiatan di luar ruangan. Siapa sangka, kata-kata pelacur yang pernah terucap dari bibir lelaki yang aku anggap suami itu, seperti menjadi cemeti dari kuda betina binal yang selama ini terkurung di dalam diriku hingga saat ini.

Walau tidak sempat terjadi persetubuhan. Karena saat itu aku masih di hantui oleh rasa takut di ketahui oleh rekan-rekan sependidikan calon pegawai yang sudah terlanjur memanggilku dengan sebutan ibu hajjah. Tapi pengalaman liar pertamaku bersama pembimbing itu telah melecut sedikit keberanian di dalam hatiku, semenjak kejadian itu, aku semakin penasaran dan bertambah liar.

Dan puncaknya adalah ketika 11 tahun yang lalu, aku kembali bertemu dengan saudara sepupuku yang hampir 30 tahun lamanya tidak pernah bertemu itu, dimasa kecilku dulu, dia anak kecil yang selalu menjagaku dari gangguan teman-teman dan saudara-saudara yang selalu memanggilku dengan sebutan si anak Pelakor. 

Di bahunya, saat itu kutumpahkan semua tangis yang selama ini kutahan sendirian, saat itu, kutumpahkan semua rasa kesal dan ketidak bahagiaan hubungan rumah tanggaku itu. Saat itu, dia memelukku dengan kasih. Dan jujur saja, aku tidak pernah merasa sedamai itu sebelumnya.

Pertemuan yang tidak di sangka-sangka itu terjadi ketika aku sedang belajar menjadi seorang pelacur, dan komunikasi yang awalnya hanya sebagai saudara itu berubah menjadi rasa cinta berbalut nafsu. Dan siang itu, tak lama setelah aku menumpahkan semua rasa kesal di hatiku, ketidak berdayaanku, ketidak bahagiaanku dan semua rasa sakit yang aku alami akibat kata-kata Pelacur itu. Akhirnya, siang itu aku menangis sesegukan di dalam kamar di salah satu Wisma yang berada di kota tempat tinggalku itu. 

Sepupuku yang dari masa kecilku dulu itu selalu berusaha menjagaku, siang itu berhasil menyetubuhiku di dalam kamar Wisma yang telah di pesannya. Dan siang itu, di samping tubuh lelaki yang baru saja menyetubuhiku itu, aku menangis sesegukan. Siang itu, ku tumpahkan air mata di samping lelaki pertama yang berhasil menyetubuhiku selain suamiku itu. Aku menangis bukan karena merasa berdosa, apa lagi merasa bersalah kepada lelaki yang telah memberikanku dua orang anak itu. Saat itu, aku menangis karena akhinya aku tahu, ternyata betul kata lelaki itu; ternyata betul, aku adalah seorang pelacur! 

Sambil mengenakan pakaian, aku kembali mengumpat di dalam hati. "Persetan dengan kau Tuhan! Aku bosan menjadi wanita baik-baik yang selalu teraniaya. Persetan denganmu 'A'. Selama ini aku selalu menjaga kehormatanku untukmu, demi Surga yang kuharapkan bisa ku gapai dengan hidup bersamamu. Tapi apa yang kudapatkan dari semua pengorbananku itu? Di matamu, aku hanya seorang pelacur. Dan mulai saat ini kau boleh memanggilku dengan sebutan itu!"

Dua tahun aku jalani hubungan cinta segitiga dengan sepupu yang berjanji akan menikahiku itu, dan sudah tidak terhitung berapa kali aku melakukan zina dengan lelaki yang berjanji akan menceraikan istrinya dan akan menikahiku itu. Dan kapanpun dia mau, aku pun selalu melayaninya seperti layaknya aku melayani suamiku sendiri.

Dan cinta berbungkus nafsu itu semakin lama semakin menggelapkan kedua mataku. Saat itu, bukan saja sepupuku yang selalu datang ke kotaku untuk menuntaskan rasa cintanya itu padaku, tapi aku pun sudah beberapa kali menginap di Wisma, di kota tempat tinggal sepupuku itu demi untuk melampiaskan nafsu birahi-ku bersama sepupuku itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun