Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

4 Februari 2019   16:53 Diperbarui: 7 Februari 2019   00:03 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak di antara negara bekas wilayah NKRI menjadi kacung dari negara-negara yang berasal dari Blok Barat dan Blok Timur yang sudah memindahkan medan perangnya ke wilayah ini. Mereka memberi persenjataan dengan perjanjian barter. Persenjataan dibayar dengan sumber daya alam yang dimiliki oleh bekas NKRI. Aneka kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya yang masih memiliki jejaknya hingga kini.

Akan tetapi, pada saat yang sama, sebagian besar manusia-manusia di negara-negara bekas NKRI sudah menjadi budak. Para budak dikontrakkan kepada pihak ketiga, yakni perusahan dari negara yang membiayai perang SARA tersebut. Kemenangan mereka akan memberikan sumber daya alam dari negara yang berhasil mereka kalahkan dan negara yang memenangkan perang harus memberikan manusia-manusianya untuk di jadikan budak di tambang, perkebunan, dan lainnya milik perusahaan pemodal perang SARA tersebut.

Kemenangan berbayar sumber daya alam dan perbudakan. Namun, hanya orang-orang yang masih kuat yang mereka pilih menjadi budak. Anak-anak serta perempuan dan laki-laki lanjut usia dibunuh oleh mereka. Bagi mereka, itu adalah manusia yang tidak ada gunanya.

Para budak tidak diperbolehkan mempunyai keturunan. Mereka dikebiri terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mereka tidak akan memiliki keturunan," suaranya melemah.

Kebiri (disebut juga pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia.

Ia menghela nafas seraya memandang ke arah teman-temannya yang sedari tadi juga ikut mendengarkan ucapannya. Mereka tampak waspada kalau-kalau ada serangan musuh secara tiba-tiba.

"Kami berperang dengan persenjataan berat yang berasal dari dua kubu itu. Berperang dengan orang-orang yang, kata orang tua kami, dulunya adalah saudara kami, sebangsa dan setanah air, di NKRI itu.

Kami-kami ini berasal dari wilayah yang kalah perang. Saudara-saudara kami yang tidak terbunuh sudah tertangkap oleh mereka dan sudah menjadi budak. Tinggal menunggu waktu saja, kami pun akan terbunuh atau tertangkap oleh mereka.

Saat ini pasukan mereka sedang menyisir wilayah ini untuk memastikan bahwa tidak ada lagi orang-orang yang berasal dari kelompok kami hidup apalagi sampai memegang senjata.

Kami berpikiran sama seperti musuh-musuh kami. Dengan membiarkan musuh kami hidup, maka itu sama dengan memasangkan bom waktu ke tubuh kami sendiri. Setiap saat bisa saja meledak dan menghancurkan tubuh kami berkeping-keping.

Bagi kami, mereka yang tidak sekelompok dengan kami itu lebih rendah dari binatang. Nyawa mereka lebih murah dari seekor ayam," katanya dingin dengan mata tajam menatapku. Sangat tajam. Aku menangkap aura kemarahan dan dendam kesumat di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun