Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

25 Januari 2019   23:12 Diperbarui: 4 Februari 2019   13:30 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah sudah berapa pintu ruang yang kami lewati sedari tadi. Hingga akhirnya dia berdiri di salah satu pintu ruang yang angkanya tidak begitu terlihat jelas di mataku.

Suasananya saat ini begitu samar dan semuanya terlihat begitu suram.

Di depan meja, di sampingg pintu ruang yang ada tulisan angka yang terlihat begitu samar. Di antara keremangan, Rasa Sedih meminta pada orang yang menjaga ruang itu agar membukakan pintunya untuk kami.

Lelaki yang mempunyai penampilan sama seperti Rasa Sedih itu mengambil kunci dari dalam laci meja kerjanya. Sambil berusaha menahan tangisnya yang sepertinya sedari tadi susah berhenti. Pelan-pelan dia membukakan pintu ruangan untuk kami.

Setelah pintu ruang terbuka. Dari pintu ruang itu aku melihat jalanan panjang yang suasananya terlihat begitu suram dan terasa begitu mencekam.

Di sepanjang jalan, yang kulihat hanyalah asap hitam yang membumbung tinggi di angkasa. Suara jerit dan tangisan kudengar di sepanjang jalanan itu hampir saja membuatku gila.

Di ujung sana. Aku melihat ada seorang pria yang tengah berlari dengan darah segar yang masih terus menetes dari sekujur tubuhnya. Kulihat dia terus berlari dari kejaran orang-orang yang kulihat begitu beringas tengah mengejarnya.

Perutku terasa mual dan ingin muntah melihat pemandangan di depanku itu. Kutatap wajah dingin tanpa rasa di sebelahku.

Tanpa melihat ke arahku, sang Waktu memintaku untuk segera mengikutinya masuk ke dalam ruang itu.

Aku dan sang Waktu terus berjalan, melintasi orang-orang yang saat ini saling membunuh antara satu dengan yang lainnya.

Dengan perasaan sedikit bergidik ngeri aku mengikuti langkah sang Waktu meninggalkan orang-orang yang sepertinya tidak melihat kehadiran kami di situ.

"Kita sedang berada di mana?" tanyaku pada sang Waktu yang saat ini tengah berjalan di sampingku.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun