Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

25 Januari 2019   23:12 Diperbarui: 4 Februari 2019   13:30 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelaki Muda yang berasal dari Masa depan itu kulihat memasuki bangunan yang terlihat megah namun begitu suram di depanku. Tak lama kemudian, dia keluar dari dalam bangunan megah itu bersama seorang pria yang penampilannya terlihat begitu lusuh.

Aku dan sang Waktu mendatangi lelaki berpakaian lusuh yang saat ini sedang berada di depan pintu masuk. Kutatap lelaki di sebelah Masa Kini yang dari wajah dan penampilannya aku bisa merasakan ada kesedihan yang begitu mendalam disitu.

Sambil melihat sang Waktu. Sambil tersenyum hambar, Rasa Sedih menatap ke arahku. Sepertinya dia baru saja menangis. Walau tersenyum, namun kulihat wajahnya itu tidak mampu menyembunyikan perasaan duka yang sepertinya sedang berkecamuk di dalam dirinya saat ini.

Kutatap wajah berduka di depanku. Dan kulihat sepertinya dia pun masih mengenaliku.

Walau tidak terlalu sering. Tapi memang sebelumnya aku pernah berjumpa dengannya beberapa kali dalam beberapa kesempatan.

Mataku mencari-cari sesuatu. Aku ingat biasanya dia selalu berdua dengan saudara kembarnya yang memiliki sifat jauh berbeda dengannya itu.

Seperti tahu kalau aku sedang mencari sesuatu. Sambil menangis tersedu, Rasa Sedih mengatakan kalau Rasa Senang tidak tinggal di sini, "Dia tinggal disana," katanya sambil menunjuk bangunan megah berwarna putih cerah di seberang jalan tempat ini.

Biasanya setelah Rasa Sedih datang menjumpaiku, tak berapa lama kemudian Rasa Senang akan segera datang menyapaku. Sebab setahuku mereka berdua itu memang seperti kata pepatah, "Bak pinang di belah dua. Di mana ada Rasa Sedih disitu pula ada Rasa Senang."

Masa depan mengatakan pada Sang Waktu jika dia tidak bisa menemani kami di sini. Setelah Masa Depan meninggalkan kami, Rasa Sedih mengajak aku dan Sang Waktu masuk ke dalam bangunan panjang yang terlihat begitu kusam itu.

Ternyata di dalam bangunan luas yang terlihat begitu kusam itu ada begitu banyak kamar yang di masing-masing pintu kamarnya memiliki angka seperti tahun.

Aku dan Sang Waktu mengikuti Rasa Sedih yang terus berjalan melewati beberapa pintu ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun