Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wanita di Penghujung Malam

4 Juli 2018   20:32 Diperbarui: 11 Desember 2018   19:40 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berhasil memenangkan perang batin dengan dirinya sendiri kala itu, akhirnya dia memutuskan untuk menarik salah satu kursi di meja yang sedang di duduki oleh tamunya itu. Hitung-hitung menarik pelanggan fikirnya. Sambil duduk dia perhatikan lelaki muda yang tampak cuek terhadapnya itu. Sambil mencuri-curi pandangan ke arah lelaki muda yang sedang menyalakan api rokok yang terselip di bibirnya itu. Dia mencoba memulai percakapan.

Mau kemana bang? Tanyanya, sembari berusaha mengatur jalan nafasnya yang entah kenapa jadi tidak beraturan seperti ini. Dan saat ini dia merasa bahwa mulut nya sendiri sudah mulai susah untuk diajak bekerja sama, hatinya begitu ingin menyimpan rapat-rapat masalah pribadinya itu. Tapi entah kenapa bibir tebal mungil itu sepertinya tidak mau berhenti bicara.

Dalam hati dia memaki-maki dirinya sendiri, memaki akan kecerobohan bibir mungil itu yang entah kenapa bibir tebal mungilnya itu bisa keceplosan pada lelaki muda di hadapannya ini kalau pria berbadan gelap yang barusan masuk dan terlihat basah kuyup karena siap kehujanan itu adalah suami ke duanya. Jujur saja dia merasa begitu bodoh sendiri di depan lelaki muda yang sedari tadi cuma tersenyum sambil sesekali menganggukan kepalanya ini. Ahh..mungkin saat ini dia sedang berfikir geli tentangku.

Setelah selesai mandi, suaminya pun ikut nimbrung ngobrol bertiga dengan lelaki muda yang baru di kena nya itu. Sama seperti dirinya, dia pun terlihat begitu cepat akrab dengan lelaki muda yang baru saja di kenalnya itu. Dia bicara panjang lebar dengan lelaki muda itu. Dan sepertinya dia begitu percaya untuk menceritakan semuanya pada lelaki muda yang baru di kenalnya itu. Bahkan menawarkan-nya untuk tidur di salah satu kamar yang kosong di sebelah ruang makan ini.

Diam-diam wanita berkulit hitam manis ini memperhatikan lelaki muda yang sedari tadi cuma diam seperti mahluk tanpa rasa ini, begitu asik dengan dirinya sendiri dan rokok yang ada di dalam genggamannya itu, sedikitpun tidak ada reaksi dari cerita bersambung yang di dengarnya sedari tadi. Aah.. mungkin saja sebentar lagi dia akan menikahi rokok kesayangannya itu! Fikirnya sambil tersenyum geli sendiri, sambil diam-diam memperhatikan rokok yang ada di dalam genggaman lelaki muda di hadapannya itu.

Ehm.. seandainya saja bukan rokok itu yang di pegangnya sedari tadi. Fikir wanita berkulit hitam manis yang tiba-tiba saja wajahnya bersemu merah, malu sendiri membayangkan seandainya yang di genggam lelaki muda itu adalah tangannya bukan bungkus rokok yang jelas-jelas benda mati.

Dia sudah menikah belum ya? Entah kenapa tiba-tiba terlintas pertanyaan itu dalam benaknya. Aah! sepertinya dia begitu pelit untuk menceritakan sedikit saja tentang dirinya! Jujur saja dia sedikit dongkol kala itu ketika melihat lelaki muda di depan-nya ini cuma diam sambil tersenyum menjawab keingin tahuannya itu. 

Dari tadi lelaki muda ini baru memberi tau nama dan tujuan-nya saja. Sambil sesekali tersenyum mendengarkan semua cerita bersambungnya, tidak lebih dan tidak kurang. Atau jangan-jangan dia sudah mati rasa! Fikir-nya sambil diam-diam melirik ke arah bawah perut lelaki muda yang dari tadi cuma senyam-senyum di depannya itu. Dari sekian banyak tamu yang datang berkunjung dan makan di rumah makan mereka ini, baru sekali ini dia merasa di abaikan seperti ini!

Bagaimanapun dia adalah seorang wanita yang sangat sadar dengan potensi yang di milikinya itu. Dia tau bahwa dari sekian banyak  tamu yang jadi pelanggan tetap di rumah makannya itu adalah para lelaki, para lelaki yang dia tau kalau beberapa di antaranya memang memiliki rasa suka terhadapnya.Dan dia sangat sadar kalau semua lelaki itu, pada umum nya di mana-mana sama saja. Gak bisa liat barang bagus! Tidak di rumah makan ini saja, bahkan dulu di kantin perusahaan tempat nya bekerja pun dia sering mendengar bisik-bisik di antara para pelanggan Pria nya.

“Kalau cita rasa masakan itu nomor dua.”Kata lelaki jangkung langganan-nya itu sambil tertawa mesum ke arah teman-nya. “Kalau nomor satu apa?”Tanya teman di sebelahnya nya ikut-ikutan tertawa. “Itu!” Kata lelaki jangkung itu sambil ekor matanya menatap mesum ke arahnya. Dan seperti biasa dia tidak pernah ambil pusing dengan tatapan mesum mata lelaki yang terkadang suka usil padanya, dia berprinsip, dilihat boleh, dipegang jangan. Karena dia bukan barang pegangan.

Aneh sekali! jerit nya di dalam hati. Sekian lama hatinya seperti mati rasa, dan entah kenapa tiba-tiba di hadapan lelaki muda yang baru muncul di hadapannya ini, satu sisi di dalam dirinya berubah menjadi begitu liar dan sedikit binal. Melihat lelaki muda yang sepertinya sudah mati rasa itu, satu sisi di dalam dirinya merasa begitu tertantang untuk menaklukannya. Satu sisi dari dalam dirinya itu saat ini seperti hendak keluar. Dan satu sisi dari dirinya itu seperti ingin merobek-robek  kulit dadanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun