Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dunia Lain

23 Mei 2018   14:04 Diperbarui: 28 Oktober 2018   15:49 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu tempat. Di Dunia Lain, aku menemukan suatu kenyataan yang sungguh membuatku harus bertanya pada diriku sendiri.

" Benarkah aku ini manusia yang sesungguhnya? bukan binatang yang menyerupai manusia atau bahkan Setan yang berwujud manusia? "

Seperti menurut seorang ibu tua yang ku jumpai di salah satu sudut jalanan kota itu. Menurut nya tidaklah mungkin akan terjadi pertengkaran ataupun perselisihan di antara dua anak manusia.

" Jikapun engkau melihat ada dua anak manusia yang saat itu sedang bertengkar dihadapanmu, maka bisa dipastikan bahwa salah satu diantaranya adalah setan ataupun binatang yang berwujud manusia ".

Ini hanyalah sekelumit kisah dari Dunia lain, Dunia yang tidak tampak dengan mata biasa, tidak juga dengan pandangan mata batin. Ia hanya bisa terbuka oleh rasa. Dan takala  pintu ke Dunia ini sudah terbuka. Mata biasa dan mata batin akan terkesima, karena akhirnya ia bisa merasakan sesuatu yang biasanya terlihat samar menjadi begitu nyata.

Suatu Dunia yang di bangun dari pemahaman utuh terhadap diri sendiri. Menembus dimensi ruang dan waktu.  Ia ada disini. Menjadi tempat berkumpulnya kehidupan material, kehidupan spiritual, juga dimana kehidupan spiritual sedang menyatu dengan kehidupan material.

Sesuatu yang biasanya terlihat samar menjadi begitu nyata ini bernama Dunia lain, Ini hanyalah sebuah nama, ia bukan milik perorangan, kelompok, atau negara tertentu. Ia milik bersama, milik semua agama, tak penting dari Bahasa mana ia diambil. jalan menuju ke Dunia ini sejauh yang di pahami meliputi jalan ke dalam dan keluar.

*

Hujan lebat disertai angin kencang, serta kilatan cahaya petir di langit sore itu, membuatku memutuskan untuk berhenti dan berteduh sejenak di salah satu warung di sudut Kota ini. Setelah mengucapkan salam dan masuk kedalam warung, segera kupesan segelas kopi pada seorang ibu tua berkerudung putih yang menghampiriku dan memperkenalkan dirinya sebagai pemilik warung.

Sambil menyalakan api rokok, mataku menatap kesekeliling warung, walau sederhana, bangunan warung yang semuanya terbuat dari kayu itu terlihat begitu bersih. Meja kursi semuanya tertata dengan rapi.

"Anak mau kemana..?" tanya si ibu sambil meletakan segelas kopi dihadapanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun