Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tragedi Denny, Kampus Kerakyatan dalam Sorotan

25 Maret 2015   11:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:03 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pendapat yang dirawat selama ini bahwa kampus adalah ekosistem akademik yang berbeda dengan lingkungan pemerintahan apalagi politik. Itu sebabnya kampus harus mampu menjaga diri untuk tidak terkontaminasi dengan arus besar politik. Anggapan tersebut tak salah karena begitulah mimpi idealisme kampus.

Namun sebenarnya dan kenyataannya hubungan para intelektual kampus dan pemerintahan tak bisa dilepaskan. Kampus bahkan berteman intim dengan politik dan pemerintahan. Sebagai sekolah yang mendidik dan membentuk kaum intelektual, kampus adalah kunci penting pembangunan negara. Tak sedikit dari mereka yang dididik dan dilahirkan kampus turun ke medan pemerintahan dan politik dengan harapan dan misi mengabdi.

[caption id="attachment_357300" align="aligncenter" width="600" caption="Gedung Rektorat Universitas Gadjah Mada (UGM). UGM kembali menjadi sorotan setelah seorang Guru Besar Hukum nya, Denny Indrayana ditetapkan sebagai tersangka korupsi."][/caption]

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM) tak pernah absen menemani perjalanan pemerintahan. Kampus kerakyatan ini juga didirikan atas prakarsa pendiri negara Presiden Soekarno. Sejak saat itulah UGM mencatatkan sejarah sebagai kampus yang berperan signifikan dalam perjalanan bangsa.

UGM tak pernah jeda mendampingi pemerintahan. Pada setiap pemerintahan, “wong UGM” hampir selalu penuh mengisi kabinet. Kader kampus kerakyatan juga turun gunung ke lingkungan pemerintahan lainnya mulai dari eksekutif hingga yudikatif.

Begitu banyak akademisi, cendekiawan dan alumni UGM yang mengisi line-up utama pemerintahan selama ini. Secuil nama yang mungkin kita ingat antara lain: Boediono, Amien Rais, Bambang Kesowo, Yahya Muhaimin, Abdul Rahman Saleh, Mohammad Mahfud MD, Bambang Soedibyo, AM Hendropriyono, Umar Anggara Jenie, Priyo Budi Santoso, Muhaimin Iskandar, Ali Ghuffron Mukti, Siti Fadillah Supari, Siti Chalimah Fadjriah, Fuad Bawazier, Djoko Kirmanto, Wiendu Nuryanti, Oemar Seno Adji, Fadel Muhammad, Anies Baswedan, AS Hikam, Taufik Effendi, Denny Indrayana, dan Joko Widodo.

Meskipun demikian, peran dan tanggung jawab mereka sebenarnya lebih berat. Di kampus mereka sudah paripurna berteori. Tapi di pemerintahan, rakyat dan negara menanti mereka memberi bukti.

Di bawah langit Gadjah Mada ada petuah yang tersohor dari almarhum Koesnadi Hardjasoemantri, seorang budayawan, tokoh nasional sekaligus mantan rektor UGM. Kutipannya kerap diulang saat penerimaan mahasiswa baru maupun kelulusan untuk mengantar kader kampus kerakyatan. Pesan dan petuah beliau adalah: “UGM hendaknya tidak hanya menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga mengembangkan kebudayaan untuk membangkitkan sisi humanisme sehingga mahasiswa dan orang UGM tidak hanya menjadi robot”.

Beberapa hari lalu saya berjalan melewati Balairung Kampus UGM. Beberapa hari lalu juga di tempat ini sekelompok masyarakat Rembang datang dengan suara keras mengharap UGM bersuara. Ada akademisinya yang dianggap menjual intelektualitasnya di Rembang.

Tepat berhadapan dengan Balairung UGM ada sebuah hutan dan bangunan teduh. Di sana pernah seorang dididik dan kini menjadi orang nomor satu di Republik ini. Tak ada yang menyangka.

Beberapa hari lalu saya berjalan melewati Balairung itu. Hari ini mungkin saja di sebuah ruangan di lantai dua atau tiga gedung itu sedang ada perbincangan hangat. Kemarin seorang Guru Besar Hukum dan aktivis anti-korupsi dari kampus ini menjadi tersangka korupsi.

Ini tragedi. Sebuah paradoks yang luar biasa bila sosok yang selama ini keras menentang korupsi dan selalu mengambil posisi terdepan dalam bicara antikorupsi justru menjadi tersangka korupsi. Nalar dan akal akan terjungkal manakala di persidangan nanti Denny Indrayana terbukti korupsi. Kampus kerakyatan akan kecipratan noda yang butuh berkali-kali pencucian untuk membersihkannya.

[caption id="attachment_357304" align="aligncenter" width="542" caption="Balairung Rektorat UGM. Sepanjang sejarah kampus Bulaksumur ini tak pernah jeda mendampingi pemerintahan dan mengawal jalannya perjalanna bangsa."]

14272581171385084851
14272581171385084851
[/caption]

Hari ini saya melihat lagi bangunan besar dengan tiang-tiang silinder tegak menyangga itu. Tangga-tangga yang bersusun menurun berujung pada sebuah tiang panjang dengan merah putih yang kadang diam tapi lebih sering berkibar. Kampus kerakyatan ini akan baik-baik saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun