Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama FEATURED

Es Jaipong Dwi Yana, Kesegaran Hakiki di Kota Yogyakarta

7 Juni 2017   13:33 Diperbarui: 24 Februari 2018   17:35 12411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es Jaipong dengan isian tape singkong, agar-agar, bubur mutiara, bubur sumsum dan gula merah cair (dok. pri).

Mangkuk ukuran sedang di hadapan saya terlihat penuh dengan berbagai macam isian yang membangkitkan selera. Ada tape singkong, agar-agar hitam, bubur mutiara merah jambu, dan bubur sumsum hijau. Semuanya digenangi santan encer dan es batu. Kemudian disiram gula merah cair yang kental. Sempurna!

Rabu (24/5/2017) siang saya menikmati es jaipong di Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Kota Yogyakarta. Dwi Yana, peracik dan penjualnya, adalah seorang warga Yogyakarta keturunan Sunda.

Keluarga Dwi Yana sudah sejak tahun 1980-an pindah ke Yogyakarta. Saat itu sang ayah memutuskan berjualan es jaipong. Dwi juga menuturkan bahwa popularitas es jaipong di Yogyakarta sempat melambung pada tahun 1990-an. Saat itu cukup banyak penjual es jaipong yang bisa dijumpai di beberapa tempat di Kota Yogyakarta. Nama “jaipong” juga merujuk kepada penjualnya yang umumnya merupakan orang-orang dari Jawa Barat.

Tapi memasuki era 2000-an, saat kuliner dari daerah lain mulai banyak bermunculan di Yogyakarta, “populasi” penjual es jaipong justru berkurang. Es jaipong semakin sulit dijumpai.

Baru beberapa tahun kemudian kembali bermunculan para penjual es jaipong di Yogyakarta. Salah satunya adalah Dwi Yana yang meneruskan usaha ayahnya. Di keluarganya bukan hanya ia yang menjadi penjual es jaipong karena sang adik juga melakukan hal yang sama.

Gerobak Es Jaipong milik Dwi Yana di Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Kota Yogyakarta (dok. pri).
Gerobak Es Jaipong milik Dwi Yana di Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Kota Yogyakarta (dok. pri).
Meracik Es Jaipong (dok. pri).
Meracik Es Jaipong (dok. pri).
Setelah beberapa lama menjajakan es jaipong dengan berkeliling, sejak awal 2017 Dwi Yana memutuskan untuk berjualan secara “menetap”. Setiap hari mulai pukul 11.00 gerobak birunya bisa dijumpai di bawah pohon rindang di seberang gereja HKBP Kotabaru yang menghadap Jalan I Dewan Nyoman Oka.

Dwi Yana kadang bertukar lokasi dengan sang adik. “Kalau saya sedang di sini, adik saya yang di depan BRI Syariah. Besok mungkin tukeran,” ungkapnya. Karena dua lokasi tersebut tak terlalu jauh, ia dan adiknya pun saling membantu dalam berjualan. Jika es jaipong yang dijualnya lebih dulu habis, ia akan mengambil sebagian bahan es jaipong milik sang adik dan membantu menjual dengan gerobaknya sendiri. Demikian pula sebaliknya.

Kesegaran
Kesegaran
Dwi Yana berjualan Es Jaipong meneruskan usaha sang ayah yang sudah berjualan Es Jaipong sejak 1990-an (dok. pri).
Dwi Yana berjualan Es Jaipong meneruskan usaha sang ayah yang sudah berjualan Es Jaipong sejak 1990-an (dok. pri).
Berteduh di Jalan I Dewa Nyoman Oka sambil memesan Es Jaipong (dok. pri).
Berteduh di Jalan I Dewa Nyoman Oka sambil memesan Es Jaipong (dok. pri).
Es jaipong yang dijual Dwi Yana tampilannya cukup menarik karena isiannya berwarna-warni. Baru melihatnya saja sudah langsung ingin menghabiskan. Sekilas sajiannya juga seperti bubur yang kuahnya berwarna kecokelatan mirip kolak.

Dengan harga Rp5.000,00 per porsi, es jaipong ini tentu sangat murah. Tapi kesegarannya tak mengecewakan. Terbukti pada siang hari yang panas itu banyak pembeli mendatangi gerobak Dwi Yana. Ada yang memesan untuk dibungkus, ada yang dinikmati di tempat sambil duduk lesehan di bawah pohon, ada juga yang memilih membawanya ke dalam mobil.

Soal rasa es jaipong Dwi Yana juga unik. Rasanya dominan manis, tapi ada jejak masam yang segar dari tape singkongnya. Bubur sumsumnya cukup lembut. Sementara bubur mutiara dan agar-agarnya agak kenyal. Santan kelapanya lumayan gurih meski tidak terlalu pekat. Semua rasa tersebut muncul dan menyatu dalam dinginnya es batu. 

Isian Es Jaipong dengan gula merah cair yang manis (dok. pri).
Isian Es Jaipong dengan gula merah cair yang manis (dok. pri).
Siang itu Dwi Yana mengaku akan tetap berjualan selama bulan Ramadan, terutama menjelang waktu berbuka. Saat ditanya apakah akan pindah berjualan di tempat lain yang lebih ramai seperti di lingkar timur kampus UGM, Dwi Yana mengaku tidak tertarik dan tetap memilih berjualan di Kotabaru. “Di sana (UGM) pasti sudah ramai, nanti banyak saingannya,” jawabnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun