Apa pun itu tanda awal perubahan telah tampak. Pintu terbuka dan jalan mulai dibersihkan. Harapannya langkah menuju perubahan tak lagi terhalang banyak duri.
Namun, tiba-tiba sekeranjang ranjau disebar. Ranjau yang dititipkan kepada Shin Tae-yong tanpa pernah kita duga ia akan membawanya.
Sekarang jalan yang mulai bersih dan lapang itu pun kembali buruk kondisinya. Membuat banyak orang ragu untuk melanjutkan langkah perubahan. Nyala cahaya kembali meredup. Membuat banyak orang bimbang menentukan arah.
Barangkali memang beginilah nasib sepakbola Indonesia yang perlu kita terima dengan lapang dada. Berulang kali datang momentum dan kesempatan untuk berubah, tapi tak pernah teraih.
Bahkan, dengan korban nyawa manusia pun sepakbola Indonesia tak tergerak untuk bertaubat dan berubah. Seolah dikutuk untuk membusuk abadi.
Kutukan dan nasib yang sebenarnya sudah kita rasakan sejak lama. Bedanya kali ini kita menyaksikannya lewat pertunjukkan dramatis dengan jalan cerita tak terduga layaknya drama Korea.