Oleh karenanya benda ini diberi nama Piala Porselen Kaisar Napoleon. Ukuran pialanya lumayan besar. Bersusun tinggi dengan warna coklat tua dan berhiaskan ornamen berwarna keemasan, Piala Porselen Kaisar Napeleon tersimpan di dalam kotak kaca.
Piala tersebut tak sendirian. Bersamanya terdapat sebuah kotak musik kuno yang juga dihadiahkan oleh Napoleon kepada Paku Buwono IV.
Sayangnya dari sejumlah koleksi yang dipajang di dalam Museum Radya Pustaka, tak disebutkan dengan jelas keasliannya. Padahal, rasa penasaran ingin mengetahuinya setelah banyak pemberitaan mengungkap hilangnya sejumlah koleksi Museum Radya Pustaka. Bahkan pernah diduga bahwa koleksi yang hilang telah diganti dengan benda-benda serupa yang dibeli dari toko barang antik.
Tidak adanya petugas pemandu di ruang pamer juga membuat pengunjung sulit mengetahuai lebih banyak tentang sejarah setiap koleksi yang dipamerkan. Apalagi keterangan-keterangan yang disertakan di ruang pamer sangat singkat.
Mungkinkah informasi tentang setiap koleksi di Museum Radya Pustaka sengaja tidak disertakan secara lengkap karena dianggap terlalu sensitif berkaitan dengan telah hilangnya sejumlah koleksi? Mungkin pula jika pengunjung bertanya tentang keaslian koleksi yang dipamerkan, pemandu akan kurang berkenan untuk menjelaskan.
Entahlah. Yang pasti beberapa koleksi terkesan dipajang seadanya. Misalnya, koleksi uang kuno yang ditempatkan di dalam kotak yang kurang rapi kondisinya.Â
Dua kali datang dan dua kali meninggalkan Museum Radya Pustaka saya punya kesan mendalam yang sama. Hati saya berkata: "tempat ini istimewa, tapi terlalu sederhana dan seadanya".