Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rumitnya Beli Nasi Uduk Gara-gara Masker

5 Oktober 2021   08:47 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:50 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi uduk (dok.pribadi).

"Dan terjadi lagi..."

Saya tidak sedang bersenandung menirukan lagu Noah. Melainkan sedang merenungi peristiwa mirip yang berulang.

Beberapa waktu lalu di Kompasiana saya bercerita tentang kesalahpahaman di gerai ekspedisi yang bermula dari ketidakjelasan penyebutan "Gopay" dan "Shopeepay" gara-gara suara yang teredam oleh lapisan masker medis dan kain yang saya kenakan. (Baca: Gara-gara Masker Ganda, Hampir Salah Paham dengan Wanita).

Kini, hal yang mirip terjadi lagi. Bedanya bukan di gerai ekspedisi. Bukan pula tentang penyebutan antara "Gopay" dan "ShopeePay" lagi. Namun, masih disebabkan oleh distorsi ucapan atau suara akibat penggunaan masker ganda.

Kejadiannya pada Kamis, 30 September 2021 ketika saya membeli bekal sarapan nasi uduk di pinggir jalan. Penjualnya seorang ibu yang ditemani seorang bapak. 

Melihat kondisinya saat itu, tampak ada pembagian tugas antara keduanya. Sang ibu berperan melayani pembeli secara lansung. Sedangkan sang bapak bertanggung jawab atas berbagai jenis gorengan yang mesti dibuatnya.

Ketika saya datang ada seorang pria kantoran yang baru saja memborong gorengan. Warung ini memang menyediakan bakwan, tempe goreng, molen pisang, dan pisang goreng.

Siapapun boleh mengatakan bahwa gorengan tidak sehat dikonsumsi sebagai sarapan. Apalagi, jika terlalu sering. Namun, siapapun juga bisa mengakui bahwa gorengan merupakan kudapan yang nikmat untuk menemani segelas teh atau kopi di pagi hari.

Begitu pun saya. Ketika melihat ada pisang goreng di sana, langsung tertarik untuk mengambilnya. Akan tetapi saya hendak memesan nasi uduk terlebih dahulu. Di sinilah peristiwa yang agak rumit bermula.

"Bu, bungkus makan". Saya merasa ucapan saya tersebut sudah cukup jelas. Deru kendaraan di jalan juga tidak terlalu bising. Ibu penjual yang berada di depan saya tentu akan langsung bisa menangkap perkataan saya.

Akan tetapi kenyataannya tak demikian. Sang penjual tak bereaksi ketika saya menyebutkan permintaan hendak membungkus nasi. Kemungkinan sang ibu mengira saya belum mengatakan apa-apa. Tentu ia tak bisa melihat gerak bibir saya yang tertutup masker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun