Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Belajar dari Para Kompasianer Jogja, Tangguh Melawan Covid-19

9 Agustus 2021   09:13 Diperbarui: 12 Agustus 2021   08:00 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Jogja "curhat" tentang Covid-19 (dok. pribadi).

Untuk memulihkan kondisinya Dimas mengandalkan obat penurun demam dan sejumlah vitamin yang disediakannya sendiri ditambah pasokan dari tempatnya bekerja. Ia pun memanfaatkan layanan telemedicine untuk mendapatkan saran dari dokter.

Sementara dukungan Satgas Covid-19 setempat dirasakan sangat kurang. Ia baru dihubungi lewat telepon oleh petugas Satgas sekitar 4 hari setelah ia melaporkan status kesehatannya. Itupun berkat peran aktif Ketua RT yang mendesak agar Satgas Covid-19 memperhatikan warganya yang terpapar Covid-19.

Sayangnya tak banyak yang Dimas dapatkan saat dihubungi Satgas Covid-19. "Tidak ada tracing dan pengiriman obat dari Satgas", katanya.

Bahkan, ketika selesai isolasi mandiri, ia masih harus mengambil sendiri surat pernyataan negatif Covid-19 ke puskesmas.

Walau demikian Dimas bersyukur karena mendapat dukungan dari lingkungan sekitar. Selain ketua RT, sejumlah tetangga juga menunjukkan kepedulian mereka dengan mengirimkan bahan pokok bagi Dimas dan keluarga.

Dimas sempat canggung menerima bantuan-bantuan tersebut. Namun, dukungan dari lingkungan sekitar sangat berarti karena membuatnya merasa diperhatikan. Semangat Dimas dan istrinya untuk pulih pun meningkat. Ia semakin tegar menjalani isolasi sampai akhirnya dinyatakan negatif Covid-19.

Kehilangan Orang Tua dan Antrean Kremasi

Di tempat lain kompasianer Ang Tek Khun juga merasakan kesedihan setelah kedua orang tuanya di Jakarta meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Pelacakan mengindikasikan keduanya terpapar dari asisten rumah tangga. Beberapa hari kemudian ibunda Ang Tek Khun terkonfirmasi positif Covid-19. Lima hari berikutnya menyusul sang ayah ikut terpapar.

Faktor usia yang sudah lanjut membuat kondisi kedua orang tua Ang Tek Khun segera memburuk. Hanya dalam 2 hari saturasi oksigennya turun ke angka 80%. Sang ibu pun akhirnya meninggal dunia, disusul sang ayah seminggu kemudian.

Kesedihan Ang Tek Khun dan keluarganya semakin bertambah karena harus menunggu kremasi yang cukup lama.Pemberitaan di media seputar permasalahan kremasi korban Covid-19 di DKI Jakarta dirasakan langsung oleh Ang Tek Khun dan keluarga ketiga harus mengurus jenazah orang tua.

Banyaknya antrean membuat kremasi baru bisa dilakukan satu minggu kemudian. Selain itu biaya kremasi pun melonjak tajam. Sayangnya, ada pihak ketiga yang berusaha mengambil kesempatan di tengah situasi sulit tersebut dengan menjanjikan bisa mempermudah pengurusan jenazah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun