Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menyeruput Teh Poci "Nasgitel", Meneguk Pelajaran Hidup yang Perlu Dinikmati

14 Juni 2021   08:45 Diperbarui: 14 Juni 2021   08:53 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bertahun-tahun saya rutin meminum teh. Biasanya dua kali setiap hari. Teh hitam dan teh melati paling sering saya nikmati. Sebab dua jenis teh itu memang paling mudah dijumpai di pasaran. Kadang saya selingi dengan teh hijau.

Saya bersyukur telah menemukan cara paling pas untuk mendapatkan secangkir teh terbaik. Yakni dengan meraciknya menjadi teh "Nasgitel" alias  alias panas, legi, dan kentel.

Saya pun lebih suka menyeduh daun teh dibanding merendam teh kantung atau teh celup. Mungkin ini pengaruh dari bapak yang suka teh tubruk. Ketika kecil beliau sering menyuruh saya untuk membuatkan teh tubruk. Dari situ saya menemukan bahwa mengaduk teh, memperhatikan perubahan warna air, dan membaui aromanya yang menguap secara perlahan ternyata mengasyikkan.

Mendengarkan bunyi denting sendok yang beradu dengan dinding gelas, mengamati putaran air dan buihnya, semuanya saya nikmati. Puncaknya tentu saja ketika minuman teh telah diseruput.

Teh hitam melati, teh hijau, dan gula batu | dok. pribadi.
Teh hitam melati, teh hijau, dan gula batu | dok. pribadi.
Kini setiap kali menginginkan teh, saya selalu senang mengulangi proses yang sama. Mengambil daun teh, menaruhnya ke dalam gelas atau cangkir, menyeduhnya dengan air panas, lalu menambahkan gula.

Bagi saya segelas teh "Nasgitel" tak pernah salah dan tak pernah gagal memenuhi selera rasa saya terhadap teh. Tak sulit pula menemukan teh "Nasgitel". Di Yogyakarta dan sekitarnya jika kita bersantap di angkringan, hampir bisa dipastikan teh yang disajikan oleh sang penjual merupakan teh "Nasgitel'.

Sama halnya di acara-acara hajatan atau jika kita bertamu ke rumah-rumah di desa yang kehidupan masyarakatnya masih sangat bersahaja, jangan heran jika sang tuan rumah menyuguhkan teh pekat dengan banyak gula sehingga jejak lengket kadang terlacak di dinding gelasnya.

Dalam meracik teh "Nasgitel" saya suka menyeduh daun teh langsung di dalam poci atau teko tanah liat.

Ada dua poci tanah liat yang saya punya. Satu poci dibeli di toko, sedangkan satunya lagi merupakan souvenir pesta pernikahan kerabat. Poci-poci itu sudah berulang kali terisi teh sehingga aroma tanah liatnya sudah agak tersamar dengan jejak aroma teh yang tertinggal. Sentuhan aroma tanah liat dan jejak aroma teh inilah yang membuat teh "Nasgitel" semakin nikmat.

Teh yang diseduh di dalam poci |dok. pribadi.
Teh yang diseduh di dalam poci |dok. pribadi.
Berikut ini cara meracik teh "Nasgitel" yang sudah saya buktikan tak pernah gagal dan tak pernah salah dalam menghasilkan rasa teh terbaik.

Pertama-tama masukkan masing-masing satu setengah sendok teh hitam melati dan teh hijau ke dalam teko berukuran 350 ml. Jenis dan banyaknya teh sebenarnya tergantung selera. Namun, berdasarkan pengalaman campuran dua jenis teh yang berbeda akan menghasilkan rasa dan aroma minuman teh yang lebih nikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun