Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mensyukuri Silaturahmi Online, Walau Kadang Dibumbui Ghibah

14 Mei 2021   20:24 Diperbarui: 14 Mei 2021   20:27 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teknologi merawat silaturahmi selama pandemi | foto: www.zoom.us.

Jangan abaikan pesan ucapan lebaran dari nomor tak dikenal. Mungkin ia teman lama yang sedang rindu.

Pesan-pesan itu mulai masuk sehari sebelum lebaran. Membuat bilangan notifikasi di whatsapp bertambah dengan cepat. Ada yang masuk ke grup percakapan sehingga pesannya satu untuk semua. Namun, banyak pula yang ditujukan langsung ke nomor saya secara pribadi.

Tidak semuanya langsung saya respon. Sebab hari sudah malam. Saya menunggu sampai keesokan harinya untuk membalas ucapan selamat lebaran dari teman-teman. Agar semakin berkesan karena bertepatan dengan Idulfitri.

Saya bersyukur saat lebaran di tengah pandemi Covid-19 yang menyusahkan ini ada teknologi untuk merawat silaturahmi. Sehingga Corona yang membatasi perjumpaan ragawi tak memutus jalinan saya dengan keluarga serta teman-teman yang berjauhan.

Walau ada sebagian orang beranggapan meminta maaf lewat pesan singkat tak semantap pengakuan secara langsung, saya tak merasa demikian. Meski bagi sebagian orang menerima ucapan lebaran lewat whatsapp terasa hambar karena ada kemungkinan isi pesannya hanya copy-paste, saya tak pusing dengan hal itu. Saya tak ingin meragukan niat tulus teman-teman yang ingin menjaga silaturahmi dengan mengirim pesan dari jauh.

Silaturahmi di tengah cekaman pandemi, terutama pada saat lebaran seperti sekarang justru saya rasakan ada hikmahnya. Saya dan beberapa teman yang tak mudik sama-sama mati gaya. Salah satu cara kami untuk membunuh rasa bosan ialah dengan berulang kali melakukan panggilan video bersama.

Pada lebaran 13 Mei kemarin contohnya. Setelah siang hari saya dan sejumlah teman bersilaturahmi online sekitar 15 menit, malam harinya beberapa di antara kami kembali bertemu di ruang maya. Kali ini waktunya lebih lama. Hampir satu jam kami berbincang tentang banyak hal. Mulai dari masalah Corona di daerah masing-masing, pengalaman salat Idulfitri, rencana pulang kampung, sampai hal-hal remeh seperti merek semprotan nyamuk yang paling ampuh membunuh kecoa pun kami bahas.

Begitulah silaturahmi online membuat kami bisa mendapatkan momen bersama yang lebih banyak dibanding waktu-waktu sebelumnya. Memang ada kekurangan. Misalnya, kalau sedang kehabisan topik obrolan, kami sering tidak sadar "terjerumus" membincangkan urusan pribadi seseorang alias "ghibah". Mungkin ini ada kaitannya dengan grup pertemanan kami yang banyak beranggotakan perempuan dan sebagian merupakan ibu-ibu.

Bukan berarti kaum hawa  lebih mahir memantik ghibah. Namun, sering di tengah silaturahmi online muncul celetukan-celetukan dari beberapa teman yang kemudian ditanggapi lebih panjang. Saya pun kadang menikmati dunia perghibahan itu, hehehe.

Hal lain yang saya maknai sebagai hikmah silaturahmi online saat lebaran di tengah pandemi sekarang ialah terhubungnya kembali saya dengan beberapa teman yang sudah lama putus kontak.

Beberapa ucapan lebaran yang saya terima tahun ini berasal dari nomor tak dikenal. Nomor-nomor itu belum tercatat di HP saya sehingga namanya tak muncul.

Ada salah satu yang segera saya kenali dengan melihat fotonya. Saya lumayan terkejut saat mengetahui teman lama ini datang kembali sebab kami sudah lama tak berkomunikasi. Saya merasa tersanjung mengetahui ia masih mengingat saya. Katanya ia menemukan nomor HP saya dari catatan lamanya. Iseng ia mencoba mengirim ke nomor itu dengan harapan saya masih menggunakannya.

Mungkin sudah ada sekitar 5 tahun saya dan teman ini putus kontak. Ia sudah berganti nomor HP. Sedangkan saya masih menggunakan nomor yang sama selama bertahun-tahun. Segera obrolan agak panjang terjadi karena kami sama-sama senang bisa kembali "bertemu" setelah lama saling tak tahu kabar.

Hal yang mirip juga terjadi saat seorang teman mengirimkan pesan whastapp kemarin malam. Saya tak bisa langsung menebak karena foto yang ia pajang bukan gambar muka. Namun, ingin hati saya mengetahuinya.

Kembali kejutan yang dapatkan. Ternyata ia adalah teman yang 4 tahun lalu pindah dan melanjutkan pendidikan ke Inggris. Saya ingat kami terakhir bertemu di gerai ATM sebuah bank di kampus UGM. Rupanya ia telah kembali ke Indonesia tahun lalu dan menggunakan nomor HP yang baru. Saya pun sebenarnya telah kehilangan nomornya yang lama karena HP saya rusak dan seluruh kontak di dalamnya tak bisa disalin. Sungguh tak terduga tiba-tiba kemarin ia mengirimi saya pesan.

Barangkali beginilah cara Tuhan menolong mengikatkan lagi tali silaturahmi antara saya dengan beberapa teman. Lewat perantara teknologi dan di tengah keterbatasan untuk saling jumpa akibat pandemi Covid-19, hikmah itu saya syukuri dalam-dalam.

Satu pelajaran penting. Jangan abaikan pesan ucapan lebaran dari nomor tak dikenal. Mungkin ia teman lama yang sedang rindu ingin menjalin cerita serta silaturahmi bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun